Kamis, 01 Oktober 2015

Retorika Pada Abad Pertengahan

RETORIKA PADA ABAD PERTENGAHAN

Kelompok 3
Desak Nyoman Try Sakti Diantari                      1412011030
Ni Nyoman Trisna Wati                                      1412011039
Siti Nur Anisa                                                      1412011042
I Gusti Bagus Leo .W                                          1412011043
Kadek Rudy Saputra                                           1412011048
Ela Mika Sari                                                       1412011056

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
SINGARAJA
2015

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang telah ditentukan. Dengan judul “Perkembangan Retorika Pada Abad Pertengahan”.
            Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.
            Kami sadari dalam makalah ini banyak kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu saran  dan kritik yang membangun dari rekan-rekan pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Singaraja, 21 September 2015

Penulis











 


DAFTAR ISI


 




BAB I

PENDAHULUAN

Definisi Retorika berasal dara kata Latin “Rhetorica” yang berarti ilmu bicara. Menurut Cleantahun Brooks dan Robert Peun Warren Retorika adalah : “Tahune art of using languange effectively” (Seni penggunaan bahasa secara efektif). Retorika (dari bahasa Yunaniῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo).
Retorika sebagai salah  satu disiplin ilmu telah berkembang sejak kurang lebih dua ribu tahun yang lampau. Dengan umur yang demikian, tentu retorika mengalami berbagai perkembangan. Retorika berkembang dengan pesat saat munculnya tokoh-tokoh retorika yang memiliki pemikiran yang cemerlang dan diwujudkannya karya-karya yang besar dibidang retorika. Sebaliknya, retorika yang memiliki kemerosotan pada saat retorika dipandang sebagai disiplin ilmu yang kurang bermanfaat, bahkan ada yang meragukan eksistensinya disiplin ilmu tersendiri. Keadaan yang terakhir itu menyebabkan retorika mengalami masa suram, tidak ada perkembangan yang berarti. Munculnya pemikir-pemikir baru menghasilkan wawasan baru menandakan bahwa retorika mengalami perkembangan yang lancar. Keadaan seperti itu, juga  dialami oleh disiplin ilmu lain.
Perkembangan retorika dibagi menjadi beberapa zaman, salah satunya adalah pada abad pertengahan. Sedikit informasi abad pertengahan sering disebut abad kegelapan, juga buat retorika. Ketika agama Kristen berkuasa, retorika dianggap sebagai kesenian jahiliah. Banyak orang Kristen waktu itu melarang mempelajari retorika yang dirumuskan oleh orang-orang Yunani dan Romawi, para penyembah berhala. Bila orang memeluk agama Kristen, secara otomatis ia akan memiliki kemampuan untuk nmnyampaikan kebenaran. St. Agustinus, yang telah mempelajari retorika sebelum masuk Kristen tahun 386, adalah kekecualian pada zaman itu.
Saat ini tidak banyak yang megetahui bagaimana perkembangan retorika tersebut. Padahal hal ini sangat penting untuk diketahui, karena kita bisa tau dengan lebih jelas bagaimana sebenarnya retorika tersebut. Untuk itu dalam makalah kami ini akan membahas tentang retorika pada abad pertengahan. Kami harap pembaca dapat mengerti dengan apa yang kami sampaikan dalam makalah ini.

1.      Bagaimanakah perkembangan retorika pada abad pertengahan?
2.      Siapakah tokoh-tokoh retorika pada abad pertengahan?
3.      Apakah ciri Khas retorika pada abad pertengahan?
4.      Apa perbedaan retorika pada abad pertengahan dengan zaman yang lain?
5.      Apa contoh retorika pada abad pertengahan?

1.      Untuk mengetahui perkembangan retorika pada abad pertengahan.
2.      Untuk mengetahui tokoh-tokoh retorika pada abad pertengahan.
3.      Untuk mengetahui ciri Khas retorika pada abad pertengahan.
4.      Untuk mengetahui perbedaan retorika pada abad pertengahan dengan zaman yang lain.
5.      Untuk mengetahui contoh retorika pada abad pertengahan.











BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Sejarah Perkembangan Retorika Pada Abad Pertengahan


Retorika pada zaman ini ditandai dengan perubahan sistem pemerintahan yang berubah dari pemerintahan yang berbentuk republik menjadi pemerintahan dengan kekuasaan absolute. Kekuasaan berada di tangan Kaisar. Dengan sistem pemerintahan yang demikian membuat kebebasan berpikir dan berbicara untuk mempersoalkan dan memperdebatkan hal-hal yang berhubungan dengan kebijaksanaan pemerintahan tidak ada lagi. Hal itu terjadi pula dalam sistem peralan, yaitu berubah menjadi lebih bersifat teknik dan terbatas. Keadaan yang demikian mengakibatkan retorika sebagai wahana untuk kegiatan pemeritahan tidak mempunyai peranan lagi. Peranan retorika hanya terbatas pada pembicaraan yang bersifat seremonial saja, umumnya digunakan untuk membicarakan masalah gaya bahasa saja. Dengan demikian, peranan retorika, baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam peradilan semakin pudar, sehingga retorika tidak lagi mengalami perkembangan yang menggembirakan.
Peranan retorika yang masih penting dan semakin menonjol adalah dalam bidang pertunjukan dan pengembangan agama Kristen. Sehubungan dengan pengembangan agama Kristen, Agustine menerangkan bahwa seorang ahli retorika Kristen yang baik adalah seorang yang mempertahankan kebenaran, memerangi dan membetulkan kesalahan, dan menjelaskan ayat-ayat dalam kitab suci. Mereka harus memikirkan serta menyusun ceramah agama dan doa-doa dengan baik. Untuk kepentingan itu mereka harus menguasai retorika. Jadi, retorika menjelang abad pertengahan kehilangan peranan utama, terutama dalam bidang pemerintahan dan bidang peradilan.
Pada masa ini ada empat perkembangan retorika yakni :
1.      Retorika dimasukkan ke dalam jenis seni liberal dan menjadi bagian dari Trivium. Trivium merupakan seni yang diajarkan di sekolah-sekolah sebagai keterampilan skolastik yang sangat penting. Trivium memiliki tiga bagian, yakni :
a.       Logika atau dialektika (berupa kemampuan menalar, dan menemukan kebenaran).
b.      Grammar (berupa sintaksis, irama , kiasan, dan puisi)
c.       Retorika (berupa kemampuan mengekspresikan diri dengan bahasa, gaya bahasa, dan mengorganisasikan tuturan).
2.      Retorika dipisahkan kemudian digabungkan dengan dialektika. Wacana dialektika menggunakan bentuk-bentuk introgasi untuk pemeriksaan dengan pertanyaan. Wacana dialektika juga menggunakan bentuk-bentuk tanya jawab dan menggunakan silogisme secara sempurna sehingga diperoleh kebenaran untuk mengalahkan lawan. Sementara, wacana retorika menggunakan bentuk-bentuk pernyataan dan entimen yang singkat dan jelas yang mengarah pada penilaian. Setelah dipisahkan, kemudian reorika disatukan amat erat dengan dialektika. Hal ini mengakibatkan esensi dari retorika tereduksi. Usnsur utama dari retorika yakni invensi (invention) dan organisasi (organitation) dikeluarkan dan dimasukan ke dalam dialektika. Jadi unsur yang ada pada retorika hanya gaya bahasa (ustyle dan penyajian delivery). Hal ini menyebabkan makna retorika menjadi lebih sempit yakni yang hanya berhubungan dengan gaya bahasa dan cara penyajian.
3.      Retorika dikaitkan dengan kemampuan menulis. Pada abad ini ada kecenderungan tidak mengutamakan kemampuan berpidato kecuali untuk kotbah-kotbah di gereja. Wacana politik, pemerintah dan kemasyarakatan banyak dilakukan dalam bentuk wacana tulis. Karena itu retorika menjadi amat penting dalam kegiatan menulis. Kemampuan menulis`dibina pada masa ini. Penggunaan retorika dalam bidang menulis merupakan perkembangan penting retorika pada abad pertengahan ini.
4.      Retorika hanya menjadi alat utama yang paling penting dalam kotbah-kotbah dan doa-doa gereja. Teori retorika dalam kotbah cenderung bebas, baik teori retorika klasik maupun teori yang berkembang pada masa itu.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa retorika pada abad pertengahan semakin tereduksi dan kerdil. Hal ini menimbulka atau memunculkan sebuah aliran baru, yaitu aliran Manerisme (manerism). Aliran ini sangat mengutamakan gaya bahasa. Retorika bagi aliran ini tidak lebih dari penggunaan bahasa dengan gaya bahasa yang indah.


Pada abad pertengahan retorika tidak mengalami perkembangan yang berarti, pada masa ini tidak ada pemikiran-pemikiran baru yang dapat memperkaya teori retorika. Ahli-ahli retorika hanya mengaplikasikan teori retorika yang telah ada, terutama konsep retorika cirero. Namun mungkin yang ada di bawah ini bisa dijadikan refrensi mengenai tokoh-tokoh retorika pada abad pertengahan.
Abad ini ditandai dengan wejangan-wejangan religius seperti khotbah.  Tersebutlah seorang yang bernama Yesus dari Nazaret yang hidup sekitar 7 tahun  sebelum Masehi sampai 30 sesudah Masehi. Ia seorang pewarta yang memiliki daya tarik dan daya sugesti yang mempesona. Dalam usaha menyebarluaskan ajaran Yesus, para pengikutnya ikut mengembangkan kepadaian berbicara lewat khotbah-khotbah yang dibawakannya. Paulus dari Tarsus (5-64M) adalah seorang warga Romawi yang menguasai pengetahuan klasik dan memperluas ajaran Yesus melalui khotbah-khotbahnya.
Pada abad-abad berikutnya ketika kekristenan mulai meluas banyak muncul pembicara terkenal yang mengembangkan ilmu kepandaian berbicara melalui khotbah. Beberapa nama terkenal seperti Tertulianus (150-230), Lactantius (260-320) yang digelari Ciceronya orang kristen, Victorianus, Aurelius Agustinus (354-430) Hironimus (348-420), Yohanes (344-407) yang dijuluki mulut emas. Menurut Yohanes seni berbicara adalah medium untuk merebut hati pendengar dan mempengaruhi jiwanya.
Pada golongan muslim di daerah Timur muncul peradaban baru. Seorang nabi menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepadamereka dengan pembicaraan menyentuh jiwa mereka”(Al-Quran 2:63). Muhammad saw bersabda untuk memperteguh firman Tuhan tersebut, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”.
Beliau sendiri adalah seorang pembicara yang fasih dengan kata-kata yang singkat dan mengandung makna yang padat. Para sahabat bercerita bahwa ucapan beliau sering menyebabkan pendengar berguncang hatinya dan berlinangan air matanya. Beliau tidak hanya menyentuh hati umatnya, tetapi menghimbau akal para pengikutnya. Salah seorang sahabat yang paling dikasihi nabi Ali bin Abi Thalib, mewarisi ilmnya dalam berbicara. Pada diri Ali bin Abi Thalib kefasihan dan kenegarawanan bergabung kembali. Khotbah-khotbahnya dikumpulkan dengan cermat oleh para pengikutnya dan diberi judul Nahjal-Balaghah (jalan Balaghah). Balaghah menjadi disiplin ilmu yang menduduki status yang mulia dalam peradaban islam. Kaum muslim  menggunakan balaghah sebagai pengganti retorika.
            Adapun beberapa hal yang menjadi ciri ciri retorika pada abad pertengahan yaitu:
1.      Retorika dimasukkan kedalam jenis seni liberal dan menjadi bagian dari Trivium.
2.      Retorika dipisahkan kemudian digabungkan dengan dialektika.
3.      Retorika dikaitkan dengan bidang menulis.
4.      Retorika dijadikan sebagai alat untuk berkotbah.
5.      Retorika tidak lagi menjadi alat perpolitikan.
6.      Retorika hanya berupa gaya bahasa dan cara penyajian.
7.      Retorika pada masa ini memunculkan aliran Manarisme.
1.      Dengan masa Yunani
Perbedaan retorika pada masa Yunani dengan abad pertengahan yaitu, retorika pada abad pertengahan tidak lagi digunakan sebagai alat perpolitikan. Selain itu pada abat pertengahan retorika juga sudah dikaitkan dengan kemampuan menulis, dan tidak lagi mengutamakan kemampuan berpidato, kecuali untuk berkotbah di gereja.
2.      Dengan masa Romawi
Pada masa Romawi masih ada orator-orator yang terkenal. Selain itu pada masa romawi pidato masih sangat dipergunakan. Tentunya hal ini ini berbeda dengan abad pertengahan yang hanya mempergunakan retorika sebagaai alat kotbah di gereja.
3.      Dengan Abad renaisan
Retorika pada masa ini pun sangat berbeda dengan abad pertengahan. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pada abad pertengahan retorika tidak terlalu eksis lagi, maknanyapun mulai sempit. Sedangkan pada masa renaisan retorika kembali bangkit, dan kembali mengunakan kaidah pada zaman yunani-romawi.
Bila ditinjau mungkin akan terasa sulit menjabarkan retorika pada abad pertengahan ini karena pada masa ini retorika hanya sebagai alat kotbah di gereja. Tapi mungkin ini bisa dijadikan sebagai contoh retorika pada saat itu. Pada golongan muslim di daerah Timur muncul peradaban baru. Seorang nabi menyampaikan firman Tuhan, “Berilah mereka nasihat dan berbicaralah kepada mereka dengan pembicaraan menyentuh jiwa mereka”(Al-Quran 2:63). Muhammad saw bersabda untuk memperteguh firman Tuhan tersebut, “Sesungguhnya dalam kemampuan berbicara yang baik itu ada sihirnya”.



















3.1 Simpulan
            Saat abad pertengahan retorika mengalami penurunan yang sangat drastis. Makna retorika menjadi sempit, yakni hanya sebatas gaya bahasa dan cara peyajiannya. Penggunaan retorikapun hanya banyak digunakan sebagai alat kotbah di gereja saja. Tokoh-tokoh yang terdapat pada abad`pertengahanpun lebih banyak para pemuka agama yang berkotbah pada abad itu.
3.2 Saran
            Sebagai calon guru bahasa indonesia, seharusnya kita memahami apa itu retorika dan bagaimana perkembanggan retorika dari masa ke masa, agar nantinya kita bisa menjadi guru bahasa Indonesia yang tau akan retorika. Selain itu kita bisa mempertahankan ilmu retorika ini agar tidak mengalami penurunan lagi seperti pada abad pertengahan.










Martha I Nengah. 2012. Pengantar Retorika.Universitas Pendidikan Ganesha: Singaraja.