BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan adalah serangkaian
proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan
pengalaman (Hurlock, 1993:2). Dalam rentang kehidupannya,
manusia melewati tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap
memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai dan
diselesaikan. Sebagian besar dari kita
ingin berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat.
Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil
atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya.
Kebutuhan
seorang individu muncul karena pertumbuhan dan perkembangan psikofisisnya. Dorongan
(motif) merupakan faktor utama munculnya kebutuhan dan dorongan tersebut secara
alami (asli) maupun karena proses belajar akan mendorong seseorang individu
untuk bertingkah laku memenuhi kebutuhannya.
Dalam upaya
memenuhi kebutuhannya, seorang remaja benyak menghadapi masalah, antara lain
adalah kondisi yang amat berbeda antara masa anak- anak dan masa remaja atau dewasa, norma
yang amat berbeda karena pengaruh perkembangan zaman dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pendidikan, kesulitan dalam menilai kemampuan
dirinya dibandingkan dengan permasalahan yang dihadapi, dan kesulitan dalam
penyesuaian diri dengan berbagai kondisi masyarakat yang amat kompleks.
Pendidikan,
karier, dan kehidupan berkeluarga sendiri adalah hal yang saling berkaitan,
bahkan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat kita saksikan bahwa untuk menempuh
suatu karier yang bagus, diperlukan pendidikan yang menunjang baik itu
pendidikan formal dari sekolah dan perguruan tinggi maupun pendidikan informal
yang didapat dari keluarga dan pembelajaran secara langsung di masyarakat. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan kami bahas mengenai tugas perkembangan
kehidupan pribadi, pendidikan dan karier, dan kehidupan berkeluarga.
1.2 Masalah
1) Apakah yang
dimaksud dengan kehidupan pribadi sebagai individu?
2) Apakah yang
dimaksud dengan kehidupan pendidikan dan kehidupan karier?
3) Apakah yang
dimaksud dengan kehidupan berkeluarga?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian
kehidupan pribadi sebagai individu.
2) Untuk mengetahui pengertian
kehidupan pendidikan dan kehidupan karier serta faktor-faktornya.
3) Untuk mengetahui pengertian
kehidupan berkeluarga dan tugas perkembangan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai Individu
1.
Pengertian
Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya
Kehidupan pribadi sukar untuk di
rumuskan, ia sangat kompleks dan unik. Pada hakikatnya manusia merupakan
pribadi yang utuh dan memiliki sifat- sifat sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.
Dalam kedudukanya sebagai makhluk
individu, seseorang menyadari bahwa dalam kehidupanya memiliki kebutuhan yang
di peruntukkan bagi kepentingan diri pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Dalam
pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta
perlu perlindungan keamanan fisiknya.
Kehidupan pribadi seseorang menyangkut
berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis, dan sosial
budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara intregratif dengan faktor
lingkungan kehidupan.
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Pribadi
Faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan pribadi
anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya. Perkembangan kehidupan
seseorang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Aliran nativisme
mengatakan bahwa seseorang individu akan menjadi “orang” sebagaimana adanya
yang telah ditentukan oleh kemampuan dan sifatnya yang dibawa sejak lahir. Sedangkan
aliran empirisme mengatakan sebaiknya bahwa seorang individu di ibaratkan
sebagai kertas atau lilin yang masih putih bersih. Ia akan menjadi “manusia”
seperti yang dikehendaki oleh lingkungan. Kedua aliran itu menggambarkan bahwa
faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama- sama mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan pribadi. Proses pendidikan indonesia menganut aliran ini, seperti
dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu
ing ngarasa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
3. Perbedaan Individu dalam Perkembangan
Pribadi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
perkembangan pribadi setiap individu berbeda- beda sesuai dengan lingkungan
dimana mereka dibesarkan. Misalnya , dua orang anak yang dibesarkan didalam
satu keluarga akan menunjukan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu
ditentukan oleh bagaimana mereka masing- masing berinteraksi dan
mengintegrasikan dirinya dengan lingkungannya.
4. Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi
terhadap Tingkah Laku
Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi
oleh keadaan sebelumnya, dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh
keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian tingkah laku seseorang juga
dipengaruhi oleh hasil proses perkambangan kehidupan sebelumnya dan dalam
perjalanannya berintegrasi dengan kejadian- kejadian sekarang. Kehidupan
pribadi yang baik memungkinkan seseorang berprilaku baik juga yaitu: mampu
menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian emosi
secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.
5. Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
a. Hidup sehat dan
teratur serta pemanfaatan waktu secara baik.
b. Mengerjakan
tugas dan pekerjaan praktis sehari- hari secara mandiri dengan penuh tanggung jawab.
c. Hidup
bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman
sebaya.
d. Cara- cara
pemecahan masalah yang dihadapi.
e. Mengikuti
aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
f. Melakukan peran
dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Di samping itu perlu diciptakan suasana
keteladanan oleh pihak- pihak yang berwenang, seperti orang tua di dalam
keluarga, guru si sekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam
suasana ini perlu di tonjolkan sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras
dengan berpegang pada prinsip yang maton (dapat dipercaya).
2.2 Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
1.
Pengertian
Kehidupan Pendidikan dan Karier
Kehidupan pendidikan merupakan
pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur
pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Berkaitan dengan perkembangan peserta
didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang dialami oleh remaja sebagai
peserta didik di lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat.
Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja.
Seperti dikatakan oleh Garrison(1956) bahwa setiap tahun di dunia ini dapat
jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja masuk
ke dunia kerja itu merupakan awal pengalamanya dalam kehidupan
berkarya(berkarier). Pada hakikatnya kehidupan anak(remaja) di dalam pendidikan
merupakan awal kehidupan kariernya. Baik di dalam kehidupan pendidikan maupun
kehidupan karier, para remaja memperoleh pengalaman yang menggambarkan adanya
pasang surut.
2. Karakteristik Kehidupan Pendidikan dan
Karier
Belajar itu akan lebih berhasil apabila
sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita- cita tentang jenis pekerjaan di
masa akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan
kebutuhannya untuk belajar. Remaja memiliki tiga lingkungan kehidupan, yang
ketiga-tiganya mempunyai corak yang berbeda- beda serta masing- masing memikul tanggung
jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan itu ialah
keluarga, sekolah, dan masyarakat.undang- undang No.2 Tahun 1989 tentang Sitem
Pendidikan Nasional menyebutkan hal itu. Dengan demikian, setiap remaja berada
pada posisi pendidikan yang majemuk, ia berada di lingkungan kehidupan
pendidikan keluarga, kehidupan pendidikan masyarakat, dan kehidupan pendidikan
sekolah yang di dikutinya. Masing- masing lingkungan kehidupan pendidikan tidak
selalu sama dasar dan tujuannya.
a. Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak- anak dan remaja. Pendidikan
keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukkan kepribadian
daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan
pandangan hidup keluarga masing- masing, sekalipun secara nasional bagi
keluarga- keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila.
Ada keluarga dalam mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah- kaidah agama dan
menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama dengan tujuan untuk
menjadikan anak- anaknya menjadi orang yang saleh dan senantiasa takwa dan iman
kepada Tuhan Ynag Maha Esa. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan
penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi
kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anak- anaknya menjadi orang yang
produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Banyak corak dan pola penyelenggaraan
pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok pola pendidikan, yaitu pendidikan
otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal.
Dalam pendidikan
yang bercorak otoriter, anak- anak senantiasa harus mengikuti apa yang telah
digariskan oleh orang tuanya, sedang pada pendidikan yang bercorak liberal,
anak- anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita- citanya. Kebanyakan
keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis.
b. Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan alami
kedua yang dikenal anak- anak. Tidak jarang para remaja berbeda pandangan dengan para
orang tua, sehingga norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan
norma masyarakat yang sedang berlaku.
Dalam menjalankan fungsi pendidikan,
masyarakat banyak banyak membentuk atau mendirikan kelompok- kelompok atau
paguyuban- paguyuban atau kursus- kursus yang secara sengaja disediakan untuk
anak remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya dikemudian hari.
c. Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artifisial
yang sengaja diciptakan untuk membina anak- anak ke arah tujuan tertentu,
khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal hidupnya di
kemudian hari. Di mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup
berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka
dikemudian hari.
Dunia pendidikan, baik jalur sekolah
maupun jalur luar sekolah, menyediakan berbagai jenis program yang diperkirakan
relavan dengan kebutuhan jenis tenaga kerja di masyarakat. Untuk menetapkan
pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan banyak faktor yang harus
dipertimbangkan. Faktor prediksi masa depan, faktor prestasi yang menggambarkan
bakat dan minatnya, faktor kehidupan yang dapat diamati dari kondisi beragamnya
lapangan kerja di masyarakat, dan kemampuan daya saing setiap individu.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kehidupan Pendidikan dan Karier
a. Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga banyak
menentukan perkembangan kehidupan
dan karier anak.
Faktor ekonomi
mencakup kemampuan ekonomi orang tua dan kondisi ekonomi negara(masyarakat).
Yang pertama merupakan kondisi utama, karena menyangkut kemampuan orang tua
dalam membiayai pendidikan anaknya. Banyak anak berkemampuan intelektual tinggi
tidak dapat menikmati pendidikan yang baik, disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan ekonomi orang tuanya.
b. Faktor Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini
meliputi tiga macam. Pertama, lingkungan kehidupan masyarakat, seperti
lingkungan masyarakat perindustrian, pertanian, atau lingkungan perdagangan.
Kedua, lingkungan kehidupan rumah tangga, kondisi sekolah, merupakan lingkungan
yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan cita- cita karier
remaja. Ketiga, lingkungan kehidupan teman sebaya. Bahwa pergaulan teman sebaya
akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan pendidikan masing- masing
remaja.
c. Faktor Pandangan Hidup
Pandangan hidup itu sendiri merupakan
bagian yang terbentuk karena lingkungan. Pengejawantahan pandangan hidup tampak
pada pendirian seseorang, terutama dalam menyatakan cita- cita hidupnya.
Seseorang dalam memilih lembaga pendidikan dipengaruhi oleh kondisi keluarga
yang melatarbelakangi.
4. Pengaruh Perkembangan Kehidupan
Pendidikan dan Karier terhadap Tingkah Laku dan Sikap
Sikap remaja terhadap pendidikan
sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik guru yang mengajarnya. Guru yang
“baik” di mata para siswa tidak kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan
tergantung pada banyak faktor. Guru yang baik itu guru adalah guru yang akrab
dengan siswanya dan menolong siswa dalam pelajaran. Hal ini sering
disalahartikan, karena “menolong atau membantu” disamakan dengan memberikan
nilai tinggi atau meluluskan. Padahal sekolah, dalam hal ini para guru,
memberikan bimbingan dan menilai atas dasar objektivitas yang tidak disertai
faktor emosional.
5. Perbedaan Individu dalam Perkembangan
Pendidikan dan Karier
Sebagaimana diuraikan di bagian lain,
tentang perkembangan intelek, bahwa pencapaian tingkat pendidikan dipengaruhi
oleh tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam kenuataanya IQ setiap individu berbeda-
beda, maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang
pendidikan.
Berhubung kehidupan pendidikan
merupakan bagian awal dari kehidupan karier, maka dengan perbedaan kehidupan
pendidikan tersebut konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam
kehidupan kariernya. Kehidupan karier seseorang juga berbeda- beda.
6. Upaya Pengembangan Kehidupan Pendidikan
dan Karier
Menghadapi tiga lingkungan pendidikan
yang berbeda- beda, dapat menyebabkan peserta didik mengalami kebingungan untuk
mengikutinya. Pertentangan dan atau perbedaan norma antara masing-masing
lingkungan amat besar kemungkinanya akan terjadi. Untuk itu, hubungan antara
ketiga pelaksana pendidikan itu satu sama lain harus mengadakan pendekatan
untuk mencapai keharmonisan program.
Orang tua perlu memahami kemajuan
pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah dan di luar keluarga. Hal ini
amat tinggi nilainya, karena dengan norma dan ketentuan yang tidak terlalu jauh
berbeda antara rumah, sekolah, dan masyarakat keharmonisan hidup dapat dicapai.
Salah satu perbedaan antara orang
dewasa dan anak- anak adalah bahwa pada orang dewasa kegiatan yang dilakukan
lebih berorientasi kepada kerja- kerja produktif, sedangkan anak- anak masih
diwarnai unsur bermain. Remaja berada diantaranya, artinya kegiatan kerja yang
dilakukan belum sepenuhnya untuk maksud- maksud produktif, ia (mereka) kadang-
kadang berpikir tentang kerja, yang umumnya sebagai pekerja sambilan (part-time
worker) dan kadang- kadang perhatiannya sama sekali tidak pada pekerjaan.
Remaja yang usianya berkisar 13 s.d. 19 tahun di dunia karier relatif masih
muda dan berada pada posisi awal. Untuk itu, maka perlu dibedakan karier remaja
awal, yang karena kondisinya pada usia 13-16 tahun harus masuk ke dunia kerja.
Mereka masih banyak menghadapi masalah. Baik masalah fisik maupun psikologis.
Remaja yang berusia 16 tahun atau
lebih, yang secara hukum telah dibenarkan untuk bekerja telah didukung kesiapan
fisik dan mental. Otot- ototnya telah cukup kuat untuk pekerjaan yang memerlukan
daya tahan tertentu, dan kondisi mentalnya pun telah mampu menyesuaikan
terhadap hal- hal yang menurutnya perlu diikuti dan diterima.
Para remaja telah berkemampuan untuk
menarik keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang digunakan belum cukup
luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan yang belum mantap.
Oleh karenanya, mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau
pembimbing. Banyak faktor yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan
pekerjaan, antara lain adalah minat dan kemampuan, jenis kelamin, latar
belakang orang tua dan kondisi sosial ekonominya, dan jenis pekerjaan itu
sendiri. Secara biologis pada usia remaja telah siap untuk melakukan pekerjaan,
atau dengan kata lain telah siap untuk bekerja. Secara hukum, usia remaja yaitu
antara 16-19 tahun telah dibenarkan untuk melakukan pekerjaan. Secara
psikologis pun para remaja telah cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan
hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi dibalik itu diakui bahwa
tidak semua remaja telah siap menghadapi kondisi masyarakat yang terus
berkembang, akibtnya mereka belum memiliki konsep kehidupan masa depan, oleh
karenanya tidak sedikit remaja menjadi bingung berkenaan dengan hehidupan di
masa depan.
a. Perkembangan Karier Remaja
Dalam arti sempit, pendidikan merupakan
persiapan menuju suatu karier, sedangkan dalam arti luas pendidikan itu
merupakan bagian dari proses perkembangan karier remaja. Remaja, yang dilihat
dari segi usia mencakup 12-21 tahun,menurut Ginzberg (Alexander, dkk., 1980)
perkembangan kariernya telah sampai pada periode pilihan tentatif dan sebagian
berada pada periode pilihan realistis, sedangkan menurut Super (Alexander,
dkk., 1980) perkembangan karier anak remaja itu berada pada tahap eksplorasi,
terutama subtahap tentatif dan sebagian dari subtahap transisi.
Perkembangan kerier remaja yang menurut
Ginzberg ada pada periode pilihan tentatif (11-17 tahun) itu ditandai oleh
meluasnya pengenalan anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa
yang akan dikerjakannya di masa mendatang. Periode tentatif ini meliputi 4
tahapan, yaitu:
1. Tahap minat (umur 11-12 tahun)
Remaja sudah mulai mempunyai rencana
dan kemumgkinan pilihan karier yang didasarkan pada minat.
2. Tahap kapasitas (12-14 tahun)
Remaja mulai menggunakan keterampilan
dan kemampuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan
rencana- rencana karier. Remaja mulai menilai kemampuannya berperanan baik
dalam bidang- bidang pendidikan dan pekerjaan yang diminati.
3.
Tahap nilai
(15-16 tahun)
Dalam tahap ini remaja telah
menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan karier.
4. Tahap transisi (17-18 tahun)
Dalam tahap transisi ini remaja
mulai bergerak dari pertimbangan- pertimbangan realistis yang masih berada di
pinggir kesadaran ke dalam posisi yang lebih sentral. Pada tahap ini anak mulai
menghadapi perlunya membuat keputusan dengan segera, konkret, dan realistis
tentang pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapkannya ke
suatu pekerjaan tertentu nanti. Anak makin bebas bertindak sehingga
memungkinkan ia melakukan uji coba keterampilan dan bakat- bakatnya.
Dalam periode pilihan realistis (17/18-
dan yang lebih tua) remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, yaitu mencari
berbagai alternatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu
melakukan pilihan karier. Tetapi tahap spesifikasi yang merupakan tugas
perkembangan akhir dalam pilihan karier seseorang, dimana seseorang telah
memiliki suatu pekerjaan yang relatif tetap berusaha untuk memilih tugas- tugas
tertentu atau posisi- posisi spesifik, tentunya belum merupakan bagian dari
perkembangan karier remaja.
b. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang berasal dari dalam dirinya
antara lain sering terjadi bahwa minat remaja tidak sesuai dengan kemampuannya.
Anak yang ingin menjadi dokter tetapi kemampuannya dalam mata pelajaran IPA,
biologi, dan kimia rendah. Masalah yang berasal dari luar atau lingkungannya
antara lain sering terjadi orang tua menghendaki atau memaksa anaknya untuk
memilih jurusan pendidikan yang mempersiapkan pada pekerjaan tertentu tetapi
tidak sesuai dengan kemampuan anak. Yang lebih parah lagi kalau terjadi pilihan
anak dan pilihan orang tua tidak saling mendukung, maka anak menghadapi konflik
yang lebih serius lagi dalam memilih karier. Oleh karena itu, untuk menghadapi
remaja yang mengalami masalah atau kesulitan dalam memilih karier, Shetrzer
(Alexander, dkk., 1980) menyarankan hal- hal berikut:
1)
Pelajari dirimu sendiri, karena
kesadaran diri tentang bakat, kemampuan, dan ciri- ciri pribadi yang dia miliki
merupakan kunci dari ketetapan perencanaan karier.
2)
Di bidang apa kamu merasa paling sreg
(confortable).
3)
Tulislah rencana dan cita- citamu
secara formal.
4)
Biasakan dirimu dengan tuntutan
pekerjaan tertentu yang kamu minati.
5)
Tinjau dan bicarakan lagi rencana
kariermu itu dengan orang lain.
6)
Jika pilihan
kariermu tidak cocok, hentikan.
Layanan
bimbingan karier
dilakukan melaui kegiatan-kegiatan:
a)
Pemahaman diri: bakat, kemampuan,
minat, keterampilan, dan ciri- ciri pribadi.
b)
Pemahaman lingkungan: lingkungan
pendidikan dan lingkungan pekerjaan serta berbagai kondisi.
c)
Cara- cara mengatasi masalah dan
hambatan dalam perencanaan dan pemilihan karier sehubungan dengan kemungkinan
keterbatasan lingkungan dan keadaan diri.
d)
Perencanaan masa depan.
e)
Usaha penyaluran, penempatan,
pengaturan, dan penyesuaian.
2.3 Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan
dengan Kehidupan Berkeluarga
1. Pengertian Kehidupan Berkeluarga
Secara biologi pertumbuhan remaja telah
mencapai kematangan seksual, yang berarti bahwa secara biologis remaja telah
siap melakukan fungsi produksi. Kematangan fungsi seksual tersebut berpengaruh
terhadap dorongan seksual remaja dan telah mulai tertarik kepada lawan janis.
Garrison (1956) menyatakan bahwa dorongan seksual pada masa remaja adalah cukup
kuat, sehingga perlu dipersiapkan secara mantap tentang hal- hal yang
berhubungan dengan perkawinan, karena masalah tersebut mendasari pemikiran
mereka untuk mulai menetapkan pasangan hidupnya.
Berkenaan dengan upaya untuk menetapkan
pilihan pasangan hidup, perkembangan sosial psikologis remaja ditandai dengan
upaya menarik lawan jenis dengan berbagai cara yang ditunjukan dalam bentuk
prilaku. Remaja laki- laki berupaya untuk mencapai posisi prestasi akademik dan
atletik (bidang olahraga) yang baik, sebab kedua hal itu merupakan gejala yang
“dinilai” sebagai penanda unggul dan menunjukan kehebatan di antara sesama
laki- laki. Sebaliknya bagi remaja wanita berupaya untuk menjadi “seorang
wanita” yang baik. Upaya menjadi wanita yang baik itu diartikan sebagai ”wanita
yang dikenal baik” di mata laki- laki, maka seorang gadis perlu berperilaku
“baik” sebagaimana “diharapkan oleh laki- laki”. Popularitas bagi wanita pada
kenyataannya diartikan sebagai wanita yang berhasil dalam pergaulan di sekolah
menegah, bukan karena kehebatan dalam “berpikr” dan dalam perilaku atletisnya. Remaja
perempuan umu8mnya mengalami kesulitan yang menginginkan kedudukan yang sama
dengan laki- laki.
2.
Timbulnya Cinta
dan Jatuh Cinta
Hampir setiap pemuda (laki- laki atau
wanita) mempunyai dua tujuan utama, pertama menemukan jenis pekerjaan yang
sesuai dan kedua menikah dan membangun sebuah rumah tangga (keluarga).
Alasan atau faktor yang mempengaruhi
seseorang mengalami jatuh cinta bermacam- macam, antara lain adalah faktor
kepribadian, faktor fisik, faktor budaya, latar belakang keluarga, dan faktor
kemampuan.
Para ahli ilmu jiwa sosial sependapat
bahwa konsepsi yang menentukan saling tertariknya antara person relavan dengan
upaya menciptakan hubungan yang akrab (intim) dan hal itu berlangsung dalam
kurun waktu yang relatif panjang. Hal ini ditentukan oleh banyak hal, antara
lain adalah: penampilan masa kini, antisipasi masa depan, pertimbangan biaya,
dan hal yang berkaitan dengan peran masing- masing pihak dalam mengawali dan
menjaga hubungan satu sama lain (Levinger- 1980, dalam Worchel dan Cooper,
1983: 279). Secord dan Backman (1974) menyatakan bahwa menciptakan hubungan
yang intim, dicapai melalui tiga tahap, yaitu:
1)
Tahap eksplorasi, menjajagi masalah-
masalah yang berhubungan dengan pujian atau penghargaan dan keuangan.
2)
Tahap penawaran, di mana pasangan itu
menjalin berbagai janji.
3)
Tahap komitmen.
Perubahan perilaku
yang dikemukakan oleh Burgess dan Huston sebagai berikut:
a.
Mereka lebih sering berhubungan dalam
periode waktu yang agak lama.
b.
Mereka mencapai pendekatan bila
berpisah dan mereka ada peningkatan hubungan bila bertemu kembali.
c.
Mereka terbuka satu sama lain tentang
perasaan yang mereka rahasiakan dan secara fisik menunjukan keakraban.
d.
Mereka menjadi lebih terbiasa dan
saling berbagi perasaan suka dan duka.
e.
Mereka mengembangkan sistem komunikasi
mereka sendiri, dan kuminikasi itu meningkat lebih efisien.
f.
Mereka meningkatkan kemampuan masing-
masing dalam merencanakan dan mengantisipasi kenyataan kehidupan dalam
masyarakat nanti.
g.
Mereka menyinkronkan tujuan dan
perilakunya, dan menengembangkan pola interaksi yang cenderung tetap.
h.
Mereka meningkatkan investasi mereka
dalam hal hubungan dan memperluas lingkup kehidupan mereka yang penting.
i.
Mereka sedikit demi sedikit mulai
merasakan bahwa interes mereka masing- masing merupakan ikatan yang tak dapat
dipisahkan demi kebaikan hubungan mereka.
j.
Mereka meningkatkan perasaan saling
menyenagi, mempercayai, dan mencintai demi kepentingan bersama.
k.
Mereka melihat hubungan tersebut
sebagai yang tak tergeser, atau setidak- tidaknya sebagai suatu yang unik.
l.
Mereka semakin akrab satu sama lain
sebagai sejoli dan bukan sebagai individu.
3. Masyarakat dan Perkawinan
Pemilihan pasangan hidup merupakan
tugas perkembangan yang didorong faktor biologis. Pemilihan pasangan hidup yang
berakhir dengan perkawinan, berarti merupakan pertanda terbentuknya inti
kekeluargaan atau perluasan dan kelanjutan tentang pemekaran keluarga.
Perkawinan antara pria dan wanita bukan saja masalah yang didorong oleh faktor
biologis, melainkan diatur oleh berbagai aturan atau norma yang berlaku di
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Eshleman dan Cashion (1983:311)
menyatakan bahwa norma perkawinan yang berlaku di setiap masyarakat dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu exogamy
dan indogamy. Dalam exogamy,
norma yang hampir berlaku secara universal, seperti larangan kawin antara laki-
laki dan wanita dari satu ibu, satu bapak, kawin antara saudara sekandung,
perkawinan antara saudara sepupu, perkawinan sama jenis, dan semacamnya.
Apabila gadis dan perjaka melangsungkan
perkawinan, banyak pihak yang kenyataanya akan terlibat, sebab mereka akan
turut menerima akibatnya, terutama keluarganya (Light dan Keller, 1982:383).
Hasil penelitian Adam (Garrison, 1956:483) menyatakan bahwa 60 persen wanita
yang mengisi angket menyatakan bahwa perkawinan itu didorong oleh faktor cinta
dan keamanan. Bagi laki- laki dalam memberiakan keterangannya 70 persen
mengatakan bahwa perkawinan itu adalah masalah faktor keinginan hidup bersama
dan mengurangi ketegangan, sedang faktor dorongan cinta menurut laki- laki
menduduki urutan ketiga.
Faktor- faktor lain yang dijadikan
pertimbangan dalam menetapkan calon pasangan hidup adalah kesamaan- kesamaan
dalam hal: ras, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi. Khusus tentang faktor
sosial ekonomi mencakup berbagai aspek, antara lain misalnya menyangkut masalah
pergaulan dan pekerjaan.
2.4 Implikasi Tugas- Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan
1.
Pendidikan yang berlaku di Indonesia,
baik pendidikan yang diselenggarakn didalam sekolah maupun di luar sekolah,
pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan
klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua
remaja yang tergabung didalam kelas, sekalipun masing- masing di antara mereka
sangat berbeda- beda. Pengakuan terhadap kemampuan setiap pribadi yang beraneka
ragam itu menjadi kurang, oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di
dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat- sifat dan kebutuhan umum remaja,
seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan,
kebebasan, dan semacamnya.
2.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan di
dalam penyelanggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja
yang dikaitkan terhadap cita- cita kehidupannya antara lain adalah:
a. Bimbingan
karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan
dan jenis pekerjaan sesuai denagn kemampuannya.
a. Memberikan
latihan- latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada kondisi
(tuntutan) lingkungan.
b. Penyusunan
kurikulum yang komprehensif denagn mengembangkan kurikulum muatan lokal.
3.
Kebersihan dalam memilih pasangan hidup
untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian
tugas- tugas perkembangan masa- masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model
keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
a. Bimbingan
tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat pendidikan budi
pekerti dan pendidikan keluarga.
b. Bimbingan siswa
untuk memahami norma yang berlaku baik di dalam keluarga, sekolah, maupun, di
dalam masyarakat. Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan
emosional dari orang tua.
c. Pendidikan
tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan
perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui
organisasi pemuda, pertemuan dengan orang tua secara periodik, dan pemantapan
pendidikan agama baik di dalam maupun di luar sekolah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Menjalani perkembangan bagi remaja tidak lain adalah
melaksanakan tugas- tugas, yaitu mempersiapkan dirinya untuk dapat diterima
sebagai individu yang mampu berdiri sendiri di dalam melaksanakan kehidupan
bermasyarakat.
Tugas- tugas itu meliputi tugas kehidupan pribadi, tugas
dalam kehidupan sosial, dan tugas dalam kehidupan keluarga. Dalam menjalankan
tugas- tugas tersebut laki- laki berbeda dengan wanita, baik mengenai tugas
dalam perkembangan fisik maupun dalam perkembangan psikofisis.
Mengembangkan program pendidikan dan pembinaan karier
merupakan langkah yang perlu ditempuh untuk mengatasi berbagai masalah
kehidupan pendidikan dan karier. Program tersebut antara lain adalah: bimbingan
karier, bimbingan pendidikan dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan
jenis pendidikan, memberiakan latihan- latihan praktis terhadap siswa dengan
berorientasi terhadap kondisi (tuntutan) lingkungan, dan penyusunan kurikulum
yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal.
3.2
Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah sebagai calon
pendidik maka sebaiknya kita bisa memahami proses perkembangan kehidupan
pribadi, pendidikan dan karier, dan kehidupan berkeluarga dengan berbagai
karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Jadi, marilah kita memahami
perkembangan kehidupan dengan baik dan memaknainya dengan hal yang baik pula
agar kelak kita memperoleh sebuah warna yang positif dalam lingkungan keluarga
maupun lingkungan sosial masyarakat.
Harrah's Lake Tahoe Casino & Hotel
BalasHapusHarrah's Lake Tahoe Casino & Hotel 동해 출장샵 is a AAA Four-Diamond 경상북도 출장안마 Rated Four 전라남도 출장샵 Diamond hotel with 496 양산 출장마사지 rooms. Book now and save! Rating: 평택 출장샵 8.5/10 · 1,610 reviews