Senin, 11 Mei 2015

Kehidupan Pribadi, Pendidikan dan Karir, dan Kehidupan Berkeluarga



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Perkembangan adalah serangkaian proses progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1993:2). Dalam  rentang  kehidupannya,  manusia  melewati  tahap-tahap perkembangan dimana setiap tahap memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus  dikuasai  dan  diselesaikan.  Sebagian  besar  dari  kita  ingin  berusaha menguasai dan menyelesaikannya pada waktu yang tepat. Beberapa orang dapat berhasil, sedangkan yang lain kemungkinan tidak berhasil atau terlalu cepat dari tahap yang seharusnya.
Kebutuhan seorang individu muncul karena pertumbuhan dan perkembangan psikofisisnya. Dorongan (motif) merupakan faktor utama munculnya kebutuhan dan dorongan tersebut secara alami (asli) maupun karena proses belajar akan mendorong seseorang individu untuk bertingkah laku memenuhi kebutuhannya.
Dalam upaya memenuhi kebutuhannya, seorang remaja benyak menghadapi masalah, antara lain adalah kondisi yang amat berbeda antara masa anak- anak dan masa remaja atau dewasa, norma yang amat berbeda karena pengaruh perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pendidikan, kesulitan dalam menilai kemampuan dirinya dibandingkan dengan permasalahan yang dihadapi, dan kesulitan dalam penyesuaian diri dengan berbagai kondisi masyarakat yang amat kompleks.
Pendidikan, karier, dan kehidupan berkeluarga sendiri adalah hal yang saling berkaitan, bahkan tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat kita saksikan bahwa untuk menempuh suatu karier yang bagus, diperlukan pendidikan yang menunjang baik itu pendidikan formal dari sekolah dan perguruan tinggi maupun pendidikan informal yang didapat dari keluarga dan pembelajaran secara langsung di masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan kami bahas mengenai tugas perkembangan kehidupan pribadi, pendidikan dan karier, dan kehidupan berkeluarga.


1.2  Masalah
1)      Apakah yang dimaksud dengan kehidupan pribadi sebagai individu?
2)      Apakah yang dimaksud dengan kehidupan pendidikan dan kehidupan karier?
3)      Apakah yang dimaksud dengan kehidupan berkeluarga?

1.3  Tujuan
1)      Untuk mengetahui pengertian kehidupan pribadi sebagai individu.
2)      Untuk mengetahui pengertian kehidupan pendidikan dan kehidupan karier serta faktor-faktornya.
3)      Untuk mengetahui pengertian kehidupan berkeluarga dan tugas perkembangan remaja.

BAB II
PEMBAHASAN

                                        
2.1 Perkembangan Kehidupan Pribadi sebagai Individu
1.      Pengertian Kehidupan Pribadi dan Karakteristiknya
Kehidupan pribadi sukar untuk di rumuskan, ia sangat kompleks dan unik. Pada hakikatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifat- sifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Dalam kedudukanya sebagai makhluk individu, seseorang menyadari bahwa dalam kehidupanya memiliki kebutuhan yang di peruntukkan bagi kepentingan diri pribadi, baik fisik maupun nonfisik. Dalam pertumbuhan fisiknya, manusia memerlukan kekuatan dan daya tahan tubuh serta perlu perlindungan keamanan fisiknya.
Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis, dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara intregratif dengan faktor lingkungan kehidupan.

2.      Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pribadi
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak adalah kehidupan keluarga beserta berbagai aspeknya. Perkembangan kehidupan seseorang ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. Aliran nativisme mengatakan bahwa seseorang individu akan menjadi “orang” sebagaimana adanya yang telah ditentukan oleh kemampuan dan sifatnya yang dibawa sejak lahir. Sedangkan aliran empirisme mengatakan sebaiknya bahwa seorang individu di ibaratkan sebagai kertas atau lilin yang masih putih bersih. Ia akan menjadi “manusia” seperti yang dikehendaki oleh lingkungan. Kedua aliran itu menggambarkan bahwa faktor bakat dan pengaruh lingkungan sama- sama mempunyai pengaruh terhadap perkembangan pribadi. Proses pendidikan indonesia menganut aliran ini, seperti dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarasa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.



3.      Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pribadi
Secara singkat dapat dikatakan bahwa perkembangan pribadi setiap individu berbeda- beda sesuai dengan lingkungan dimana mereka dibesarkan. Misalnya , dua orang anak yang dibesarkan didalam satu keluarga akan menunjukan sifat pribadi yang berbeda, karena hal itu ditentukan oleh bagaimana mereka masing- masing berinteraksi dan mengintegrasikan dirinya dengan lingkungannya.

4.      Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pribadi terhadap Tingkah Laku
Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh keadaan sebelumnya, dan keadaan yang akan datang banyak ditentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demikian tingkah laku seseorang juga dipengaruhi oleh hasil proses perkambangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian- kejadian sekarang. Kehidupan pribadi yang baik memungkinkan seseorang berprilaku baik juga yaitu: mampu menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan dengan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin, dan penuh tanggung jawab.

5.      Upaya Pengembangan Kehidupan Pribadi
a.       Hidup sehat dan teratur serta pemanfaatan waktu secara baik.
b.      Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari- hari secara mandiri dengan penuh tanggung jawab.
c.       Hidup bermasyarakat dengan melakukan pergaulan dengan sesama, terutama dengan teman sebaya.
d.      Cara- cara pemecahan masalah yang dihadapi.
e.       Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
f.       Melakukan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga.
Di samping itu perlu diciptakan suasana keteladanan oleh pihak- pihak yang berwenang, seperti orang tua di dalam keluarga, guru si sekolah, dan tokoh masyarakat dalam kehidupan sosial. Dalam suasana ini perlu di tonjolkan sifat sportif dan kejujuran, berjuang keras dengan berpegang pada prinsip yang maton (dapat dipercaya).


2.2 Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
1.      Pengertian Kehidupan Pendidikan dan Karier
Kehidupan pendidikan merupakan pengalaman proses belajar yang dihayati sepanjang hidupnya, baik di dalam jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kehidupan pendidikan yang dimaksud baik yang dialami oleh remaja sebagai peserta didik di lingkungan keluarga, sekolah, dan kehidupan masyarakat. Sedangkan kehidupan karier merupakan pengalaman seseorang di dalam dunia kerja. Seperti dikatakan oleh Garrison(1956) bahwa setiap tahun di dunia ini dapat jutaan pemuda dan pemudi memasuki dunia kerja. Peristiwa seseorang remaja masuk ke dunia kerja itu merupakan awal pengalamanya dalam kehidupan berkarya(berkarier). Pada hakikatnya kehidupan anak(remaja) di dalam pendidikan merupakan awal kehidupan kariernya. Baik di dalam kehidupan pendidikan maupun kehidupan karier, para remaja memperoleh pengalaman yang menggambarkan adanya pasang surut.


2.      Karakteristik Kehidupan Pendidikan dan Karier
Belajar itu akan lebih berhasil apabila sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Cita- cita tentang jenis pekerjaan di masa akan datang merupakan faktor penting yang mempengaruhi minat dan kebutuhannya untuk belajar. Remaja memiliki tiga lingkungan kehidupan, yang ketiga-tiganya mempunyai corak yang berbeda- beda serta masing- masing memikul tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga lingkungan pendidikan itu ialah keluarga, sekolah, dan masyarakat.undang- undang No.2 Tahun 1989 tentang Sitem Pendidikan Nasional menyebutkan hal itu. Dengan demikian, setiap remaja berada pada posisi pendidikan yang majemuk, ia berada di lingkungan kehidupan pendidikan keluarga, kehidupan pendidikan masyarakat, dan kehidupan pendidikan sekolah yang di dikutinya. Masing- masing lingkungan kehidupan pendidikan tidak selalu sama dasar dan tujuannya.

a.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak- anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral atau pembentukkan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing- masing, sekalipun secara nasional bagi keluarga- keluarga bangsa Indonesia memiliki dasar yang sama, yaitu Pancasila. Ada keluarga dalam mendidik anaknya mendasarkan pada kaidah- kaidah agama dan menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama dengan tujuan untuk menjadikan anak- anaknya menjadi orang yang saleh dan senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Ynag Maha Esa. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya berorientasi kepada kehidupan sosial ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk menjadikan anak- anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Banyak corak dan pola penyelenggaraan pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok pola pendidikan, yaitu pendidikan otoriter, pendidikan demokratis, dan pendidikan liberal. Dalam pendidikan yang bercorak otoriter, anak- anak senantiasa harus mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang pada pendidikan yang bercorak liberal, anak- anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita- citanya. Kebanyakan keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis.

b.      Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan alami kedua yang dikenal anak- anak. Tidak jarang para remaja berbeda pandangan dengan para orang tua, sehingga norma dan perilaku remaja dianggap tidak sesuai dengan norma masyarakat yang sedang berlaku.
Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyarakat banyak banyak membentuk atau mendirikan kelompok- kelompok atau paguyuban- paguyuban atau kursus- kursus yang secara sengaja disediakan untuk anak remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya dikemudian hari.
                                                
c.       Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan artifisial yang sengaja diciptakan untuk membina anak- anak ke arah tujuan tertentu, khususnya untuk memberikan kemampuan dan keterampilan sebagai bekal hidupnya di kemudian hari. Di mata remaja sekolah dipandang sebagai lembaga yang cukup berpengaruh terhadap terbentuknya konsep yang berkenaan dengan nasib mereka dikemudian hari.
Dunia pendidikan, baik jalur sekolah maupun jalur luar sekolah, menyediakan berbagai jenis program yang diperkirakan relavan dengan kebutuhan jenis tenaga kerja di masyarakat. Untuk menetapkan pilihan jenis pendidikan dan pekerjaan yang diidamkan banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor prediksi masa depan, faktor prestasi yang menggambarkan bakat dan minatnya, faktor kehidupan yang dapat diamati dari kondisi beragamnya lapangan kerja di masyarakat, dan kemampuan daya saing setiap individu.

3.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
a.      Faktor Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi keluarga banyak menentukan perkembangan kehidupan dan karier anak. Faktor ekonomi mencakup kemampuan ekonomi orang tua dan kondisi ekonomi negara(masyarakat). Yang pertama merupakan kondisi utama, karena menyangkut kemampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya. Banyak anak berkemampuan intelektual tinggi tidak dapat menikmati pendidikan yang baik, disebabkan oleh keterbatasan kemampuan ekonomi orang tuanya.

b.      Faktor Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan di sini meliputi tiga macam. Pertama, lingkungan kehidupan masyarakat, seperti lingkungan masyarakat perindustrian, pertanian, atau lingkungan perdagangan. Kedua, lingkungan kehidupan rumah tangga, kondisi sekolah, merupakan lingkungan yang langsung berpengaruh terhadap kehidupan pendidikan dan cita- cita karier remaja. Ketiga, lingkungan kehidupan teman sebaya. Bahwa pergaulan teman sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan pendidikan masing- masing remaja.

c.       Faktor Pandangan Hidup
Pandangan hidup itu sendiri merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan. Pengejawantahan pandangan hidup tampak pada pendirian seseorang, terutama dalam menyatakan cita- cita hidupnya. Seseorang dalam memilih lembaga pendidikan dipengaruhi oleh kondisi keluarga yang melatarbelakangi.

4.      Pengaruh Perkembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier terhadap Tingkah Laku dan Sikap
Sikap remaja terhadap pendidikan sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik guru yang mengajarnya. Guru yang “baik” di mata para siswa tidak kepada keadaan guru itu sendiri, melainkan tergantung pada banyak faktor. Guru yang baik itu guru adalah guru yang akrab dengan siswanya dan menolong siswa dalam pelajaran. Hal ini sering disalahartikan, karena “menolong atau membantu” disamakan dengan memberikan nilai tinggi atau meluluskan. Padahal sekolah, dalam hal ini para guru, memberikan bimbingan dan menilai atas dasar objektivitas yang tidak disertai faktor emosional.

5.      Perbedaan Individu dalam Perkembangan Pendidikan dan Karier
Sebagaimana diuraikan di bagian lain, tentang perkembangan intelek, bahwa pencapaian tingkat pendidikan dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan atau IQ. Dalam kenuataanya IQ setiap individu berbeda- beda, maka hal itu akan berpengaruh terhadap pola kehidupannya di dalam bidang pendidikan.
Berhubung kehidupan pendidikan merupakan bagian awal dari kehidupan karier, maka dengan perbedaan kehidupan pendidikan tersebut konsekuensinya akan membawa perbedaan individual di dalam kehidupan kariernya. Kehidupan karier seseorang juga berbeda- beda.

6.      Upaya Pengembangan Kehidupan Pendidikan dan Karier
Menghadapi tiga lingkungan pendidikan yang berbeda- beda, dapat menyebabkan peserta didik mengalami kebingungan untuk mengikutinya. Pertentangan dan atau perbedaan norma antara masing-masing lingkungan amat besar kemungkinanya akan terjadi. Untuk itu, hubungan antara ketiga pelaksana pendidikan itu satu sama lain harus mengadakan pendekatan untuk mencapai keharmonisan program.
Orang tua perlu memahami kemajuan pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah dan di luar keluarga. Hal ini amat tinggi nilainya, karena dengan norma dan ketentuan yang tidak terlalu jauh berbeda antara rumah, sekolah, dan masyarakat keharmonisan hidup dapat dicapai.
Salah satu perbedaan antara orang dewasa dan anak- anak adalah bahwa pada orang dewasa kegiatan yang dilakukan lebih berorientasi kepada kerja- kerja produktif, sedangkan anak- anak masih diwarnai unsur bermain. Remaja berada diantaranya, artinya kegiatan kerja yang dilakukan belum sepenuhnya untuk maksud- maksud produktif, ia (mereka) kadang- kadang berpikir tentang kerja, yang umumnya sebagai pekerja sambilan (part-time worker) dan kadang- kadang perhatiannya sama sekali tidak pada pekerjaan. Remaja yang usianya berkisar 13 s.d. 19 tahun di dunia karier relatif masih muda dan berada pada posisi awal. Untuk itu, maka perlu dibedakan karier remaja awal, yang karena kondisinya pada usia 13-16 tahun harus masuk ke dunia kerja. Mereka masih banyak menghadapi masalah. Baik masalah fisik maupun psikologis.
Remaja yang berusia 16 tahun atau lebih, yang secara hukum telah dibenarkan untuk bekerja telah didukung kesiapan fisik dan mental. Otot- ototnya telah cukup kuat untuk pekerjaan yang memerlukan daya tahan tertentu, dan kondisi mentalnya pun telah mampu menyesuaikan terhadap hal- hal yang menurutnya perlu diikuti dan diterima.
Para remaja telah berkemampuan untuk menarik keputusan, sekalipun dasar pertimbangan yang digunakan belum cukup luas, terutama yang berkaitan dengan pandangan masa depan yang belum mantap. Oleh karenanya, mereka masih memerlukan arahan atau bimbingan orang tua atau pembimbing. Banyak faktor yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan pilihan pekerjaan, antara lain adalah minat dan kemampuan, jenis kelamin, latar belakang orang tua dan kondisi sosial ekonominya, dan jenis pekerjaan itu sendiri. Secara biologis pada usia remaja telah siap untuk melakukan pekerjaan, atau dengan kata lain telah siap untuk bekerja. Secara hukum, usia remaja yaitu antara 16-19 tahun telah dibenarkan untuk melakukan pekerjaan. Secara psikologis pun para remaja telah cukup mampu untuk memikul tanggung jawab dan hidup mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi dibalik itu diakui bahwa tidak semua remaja telah siap menghadapi kondisi masyarakat yang terus berkembang, akibtnya mereka belum memiliki konsep kehidupan masa depan, oleh karenanya tidak sedikit remaja menjadi bingung berkenaan dengan hehidupan di masa depan.


a.      Perkembangan Karier Remaja
Dalam arti sempit, pendidikan merupakan persiapan menuju suatu karier, sedangkan dalam arti luas pendidikan itu merupakan bagian dari proses perkembangan karier remaja. Remaja, yang dilihat dari segi usia mencakup 12-21 tahun,menurut Ginzberg (Alexander, dkk., 1980) perkembangan kariernya telah sampai pada periode pilihan tentatif dan sebagian berada pada periode pilihan realistis, sedangkan menurut Super (Alexander, dkk., 1980) perkembangan karier anak remaja itu berada pada tahap eksplorasi, terutama subtahap tentatif dan sebagian dari subtahap transisi. 
Perkembangan kerier remaja yang menurut Ginzberg ada pada periode pilihan tentatif (11-17 tahun) itu ditandai oleh meluasnya pengenalan anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakannya di masa mendatang. Periode tentatif ini meliputi 4 tahapan, yaitu:
1.      Tahap minat (umur 11-12 tahun)
Remaja sudah mulai mempunyai rencana dan kemumgkinan pilihan karier yang didasarkan pada minat.
2.      Tahap kapasitas (12-14 tahun)
Remaja mulai menggunakan keterampilan dan kemampuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana- rencana karier. Remaja mulai menilai kemampuannya berperanan baik dalam bidang- bidang pendidikan dan pekerjaan yang diminati.
3.      Tahap nilai (15-16 tahun)
             Dalam tahap ini remaja telah menganggap penting peranan nilai-nilai pribadi dalam proses pilihan karier.
4. Tahap transisi (17-18 tahun)
Dalam tahap transisi ini remaja mulai bergerak dari pertimbangan- pertimbangan realistis yang masih berada di pinggir kesadaran ke dalam posisi yang lebih sentral. Pada tahap ini anak mulai menghadapi perlunya membuat keputusan dengan segera, konkret, dan realistis tentang pekerjaan yang akan datang atau pendidikan yang mempersiapkannya ke suatu pekerjaan tertentu nanti. Anak makin bebas bertindak sehingga memungkinkan ia melakukan uji coba keterampilan dan bakat- bakatnya.
Dalam periode pilihan realistis (17/18- dan yang lebih tua) remaja telah sampai pada tahap eksplorasi, yaitu mencari berbagai alternatif pekerjaan yang cocok, dan tahap kristalisasi yaitu melakukan pilihan karier. Tetapi tahap spesifikasi yang merupakan tugas perkembangan akhir dalam pilihan karier seseorang, dimana seseorang telah memiliki suatu pekerjaan yang relatif tetap berusaha untuk memilih tugas- tugas tertentu atau posisi- posisi spesifik, tentunya belum merupakan bagian dari perkembangan karier remaja.


b.      Masalah yang Dihadapi
Masalah yang berasal dari dalam dirinya antara lain sering terjadi bahwa minat remaja tidak sesuai dengan kemampuannya. Anak yang ingin menjadi dokter tetapi kemampuannya dalam mata pelajaran IPA, biologi, dan kimia rendah. Masalah yang berasal dari luar atau lingkungannya antara lain sering terjadi orang tua menghendaki atau memaksa anaknya untuk memilih jurusan pendidikan yang mempersiapkan pada pekerjaan tertentu tetapi tidak sesuai dengan kemampuan anak. Yang lebih parah lagi kalau terjadi pilihan anak dan pilihan orang tua tidak saling mendukung, maka anak menghadapi konflik yang lebih serius lagi dalam memilih karier. Oleh karena itu, untuk menghadapi remaja yang mengalami masalah atau kesulitan dalam memilih karier, Shetrzer (Alexander, dkk., 1980) menyarankan hal- hal berikut:
1)      Pelajari dirimu sendiri, karena kesadaran diri tentang bakat, kemampuan, dan ciri- ciri pribadi yang dia miliki merupakan kunci dari ketetapan perencanaan karier.
2)      Di bidang apa kamu merasa paling sreg (confortable).
3)      Tulislah rencana dan cita- citamu secara formal.
4)      Biasakan dirimu dengan tuntutan pekerjaan tertentu yang kamu minati.
5)      Tinjau dan bicarakan lagi rencana kariermu itu dengan orang lain.
6)       Jika pilihan kariermu tidak cocok, hentikan.
Layanan bimbingan karier dilakukan melaui kegiatan-kegiatan:
a)      Pemahaman diri: bakat, kemampuan, minat, keterampilan, dan ciri- ciri pribadi.
b)      Pemahaman lingkungan: lingkungan pendidikan dan lingkungan pekerjaan serta berbagai kondisi.
c)      Cara- cara mengatasi masalah dan hambatan dalam perencanaan dan pemilihan karier sehubungan dengan kemungkinan keterbatasan lingkungan dan keadaan diri.
d)     Perencanaan masa depan.
e)      Usaha penyaluran, penempatan, pengaturan, dan penyesuaian.

2.3  Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan dengan Kehidupan Berkeluarga
1.      Pengertian Kehidupan Berkeluarga
Secara biologi pertumbuhan remaja telah mencapai kematangan seksual, yang berarti bahwa secara biologis remaja telah siap melakukan fungsi produksi. Kematangan fungsi seksual tersebut berpengaruh terhadap dorongan seksual remaja dan telah mulai tertarik kepada lawan janis. Garrison (1956) menyatakan bahwa dorongan seksual pada masa remaja adalah cukup kuat, sehingga perlu dipersiapkan secara mantap tentang hal- hal yang berhubungan dengan perkawinan, karena masalah tersebut mendasari pemikiran mereka untuk mulai menetapkan pasangan hidupnya.
Berkenaan dengan upaya untuk menetapkan pilihan pasangan hidup, perkembangan sosial psikologis remaja ditandai dengan upaya menarik lawan jenis dengan berbagai cara yang ditunjukan dalam bentuk prilaku. Remaja laki- laki berupaya untuk mencapai posisi prestasi akademik dan atletik (bidang olahraga) yang baik, sebab kedua hal itu merupakan gejala yang “dinilai” sebagai penanda unggul dan menunjukan kehebatan di antara sesama laki- laki. Sebaliknya bagi remaja wanita berupaya untuk menjadi “seorang wanita” yang baik. Upaya menjadi wanita yang baik itu diartikan sebagai ”wanita yang dikenal baik” di mata laki- laki, maka seorang gadis perlu berperilaku “baik” sebagaimana “diharapkan oleh laki- laki”. Popularitas bagi wanita pada kenyataannya diartikan sebagai wanita yang berhasil dalam pergaulan di sekolah menegah, bukan karena kehebatan dalam “berpikr” dan dalam perilaku atletisnya. Remaja perempuan umu8mnya mengalami kesulitan yang menginginkan kedudukan yang sama dengan laki- laki.




2.      Timbulnya Cinta dan Jatuh Cinta
Hampir setiap pemuda (laki- laki atau wanita) mempunyai dua tujuan utama, pertama menemukan jenis pekerjaan yang sesuai dan kedua menikah dan membangun sebuah rumah tangga (keluarga).
Alasan atau faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami jatuh cinta bermacam- macam, antara lain adalah faktor kepribadian, faktor fisik, faktor budaya, latar belakang keluarga, dan faktor kemampuan.
Para ahli ilmu jiwa sosial sependapat bahwa konsepsi yang menentukan saling tertariknya antara person relavan dengan upaya menciptakan hubungan yang akrab (intim) dan hal itu berlangsung dalam kurun waktu yang relatif panjang. Hal ini ditentukan oleh banyak hal, antara lain adalah: penampilan masa kini, antisipasi masa depan, pertimbangan biaya, dan hal yang berkaitan dengan peran masing- masing pihak dalam mengawali dan menjaga hubungan satu sama lain (Levinger- 1980, dalam Worchel dan Cooper, 1983: 279). Secord dan Backman (1974) menyatakan bahwa menciptakan hubungan yang intim, dicapai melalui tiga tahap, yaitu:
1)      Tahap eksplorasi, menjajagi masalah- masalah yang berhubungan dengan pujian atau penghargaan dan keuangan.
2)      Tahap penawaran, di mana pasangan itu menjalin berbagai janji.
3)      Tahap komitmen.

Perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Burgess dan Huston sebagai berikut:
a.       Mereka lebih sering berhubungan dalam periode waktu yang agak lama.
b.      Mereka mencapai pendekatan bila berpisah dan mereka ada peningkatan hubungan bila bertemu kembali.
c.       Mereka terbuka satu sama lain tentang perasaan yang mereka rahasiakan dan secara fisik menunjukan keakraban.
d.      Mereka menjadi lebih terbiasa dan saling berbagi perasaan suka dan duka.
e.       Mereka mengembangkan sistem komunikasi mereka sendiri, dan kuminikasi itu meningkat lebih efisien.
f.       Mereka meningkatkan kemampuan masing- masing dalam merencanakan dan mengantisipasi kenyataan kehidupan dalam masyarakat nanti.
g.      Mereka menyinkronkan tujuan dan perilakunya, dan menengembangkan pola interaksi yang cenderung tetap.
h.      Mereka meningkatkan investasi mereka dalam hal hubungan dan memperluas lingkup kehidupan mereka yang penting.
i.        Mereka sedikit demi sedikit mulai merasakan bahwa interes mereka masing- masing merupakan ikatan yang tak dapat dipisahkan demi kebaikan hubungan mereka.
j.        Mereka meningkatkan perasaan saling menyenagi, mempercayai, dan mencintai demi kepentingan bersama.
k.      Mereka melihat hubungan tersebut sebagai yang tak tergeser, atau setidak- tidaknya sebagai suatu yang unik.
l.        Mereka semakin akrab satu sama lain sebagai sejoli dan bukan sebagai individu.

3.      Masyarakat dan Perkawinan
Pemilihan pasangan hidup merupakan tugas perkembangan yang didorong faktor biologis. Pemilihan pasangan hidup yang berakhir dengan perkawinan, berarti merupakan pertanda terbentuknya inti kekeluargaan atau perluasan dan kelanjutan tentang pemekaran keluarga. Perkawinan antara pria dan wanita bukan saja masalah yang didorong oleh faktor biologis, melainkan diatur oleh berbagai aturan atau norma yang berlaku di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Eshleman dan Cashion (1983:311) menyatakan bahwa norma perkawinan yang berlaku di setiap masyarakat dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu exogamy dan indogamy. Dalam exogamy, norma yang hampir berlaku secara universal, seperti larangan kawin antara laki- laki dan wanita dari satu ibu, satu bapak, kawin antara saudara sekandung, perkawinan antara saudara sepupu, perkawinan sama jenis, dan semacamnya.
Apabila gadis dan perjaka melangsungkan perkawinan, banyak pihak yang kenyataanya akan terlibat, sebab mereka akan turut menerima akibatnya, terutama keluarganya (Light dan Keller, 1982:383). Hasil penelitian Adam (Garrison, 1956:483) menyatakan bahwa 60 persen wanita yang mengisi angket menyatakan bahwa perkawinan itu didorong oleh faktor cinta dan keamanan. Bagi laki- laki dalam memberiakan keterangannya 70 persen mengatakan bahwa perkawinan itu adalah masalah faktor keinginan hidup bersama dan mengurangi ketegangan, sedang faktor dorongan cinta menurut laki- laki menduduki urutan ketiga.
Faktor- faktor lain yang dijadikan pertimbangan dalam menetapkan calon pasangan hidup adalah kesamaan- kesamaan dalam hal: ras, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi. Khusus tentang faktor sosial ekonomi mencakup berbagai aspek, antara lain misalnya menyangkut masalah pergaulan dan pekerjaan.

2.4 Implikasi Tugas- Tugas Perkembangan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan
1.      Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakn didalam sekolah maupun di luar sekolah, pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang tergabung didalam kelas, sekalipun masing- masing di antara mereka sangat berbeda- beda. Pengakuan terhadap kemampuan setiap pribadi yang beraneka ragam itu menjadi kurang, oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat- sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan semacamnya.
2.      Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelanggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita- cita kehidupannya antara lain adalah:
a.       Bimbingan karier dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai denagn kemampuannya.
a.       Memberikan latihan- latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungan.
b.      Penyusunan kurikulum yang komprehensif denagn mengembangkan kurikulum muatan lokal.
3.      Kebersihan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas- tugas perkembangan masa- masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan:
a.       Bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan keluarga.
b.      Bimbingan siswa untuk memahami norma yang berlaku baik di dalam keluarga, sekolah, maupun, di dalam masyarakat. Untuk kepentingan ini diperlukan arahan untuk kebebasan emosional dari orang tua.
c.       Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan dengan orang tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun di luar sekolah.























   
BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
Menjalani perkembangan bagi remaja tidak lain adalah melaksanakan tugas- tugas, yaitu mempersiapkan dirinya untuk dapat diterima sebagai individu yang mampu berdiri sendiri di dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat.
Tugas- tugas itu meliputi tugas kehidupan pribadi, tugas dalam kehidupan sosial, dan tugas dalam kehidupan keluarga. Dalam menjalankan tugas- tugas tersebut laki- laki berbeda dengan wanita, baik mengenai tugas dalam perkembangan fisik maupun dalam perkembangan psikofisis.
Mengembangkan program pendidikan dan pembinaan karier merupakan langkah yang perlu ditempuh untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan pendidikan dan karier. Program tersebut antara lain adalah: bimbingan karier, bimbingan pendidikan dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan jenis pendidikan, memberiakan latihan- latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi terhadap kondisi (tuntutan) lingkungan, dan penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal.

3.2   Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah sebagai calon pendidik maka sebaiknya kita bisa memahami proses perkembangan kehidupan pribadi, pendidikan dan karier, dan kehidupan berkeluarga dengan berbagai karakteristik, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tersebut dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Jadi, marilah kita memahami perkembangan kehidupan dengan baik dan memaknainya dengan hal yang baik pula agar kelak kita memperoleh sebuah warna yang positif dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial masyarakat.




1 komentar:

  1. Harrah's Lake Tahoe Casino & Hotel
    Harrah's Lake Tahoe Casino & Hotel 동해 출장샵 is a AAA Four-Diamond 경상북도 출장안마 Rated Four 전라남도 출장샵 Diamond hotel with 496 양산 출장마사지 rooms. Book now and save! Rating: 평택 출장샵 8.5/10 · ‎1,610 reviews

    BalasHapus

Diharapkan segala bentuk komentar atau saran harus menggunakan bahasa yang SOPAN, tidak MENYINGGUNG perasaan siapa pun dan tidak bernilai SARA