Senin, 11 Mei 2015

Sejarah Kebudayaan "Pengaruh Budaya Terhadap Agama"



BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam bahasa sansekerta Kebudayaan berasal dari kata “Budhayah” dengan bentuk jamaknya “Budhi” yang berarti akal dan budi.Sedangkan Dalam bahasa Inggris “Culture” dan dalam bahasa Latin “Colere” yang memiliki arti Segala daya dan kegunaan manusia untuk mengolah dan merubah alam.
Menurut para ahli arti Kebudayaan yaitu (EB.Taylor) mengatakan bahwa  kebudayaan merupakan “Keselarasan yang komplek, yang mencakup pengetahuan,kepercayaan,keilmuan social, hukum,adat istiadat.(Selo Sumarjan) mengatakan bahwa kebudayaan adalah “Hasil karya cipta manusia yang menyangkut budi atau akal.
Kebudayaan sangat terkait dengan pengertian “The Humanitis”  yang bermakna manusiawi, berbudaya, atau halus. Dengan demikian masalah kebudayaan selalu berhubungan dengan nilai – nilai kemanusiaan. Maka pembahasan kebudayaan selalu diarahkan pada manusia denagn karya – karyanya,baik yang bersifat kongkrit seperti benda atau barang maupun yang bersifat abstrak seperti norma atau aturan – atuaran.
Agama (Arab:addien) diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia lewat rasul untuk kemashalakatan dan kemanfaatan bagi alam semesta ini. Memang agama bukan budaya, tetapi kehidupan keagamaan tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kebudayaan. Agama berisi aturan dan norma yang mengatur kehidupan dan kematian manusia sebagai makhluk individu dan social agar berperilaku baik dan bertujuan untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.

1.2  Rumusan masalah
Didalam pembuatan makalah hubungan agama dan kebudayaan mempunyai beberapa rumusan:
1.      Mengetahui pengertian agama.
2.      Mengetahui pengertian kebudayaan.
3.      Mengetahui hubungan agama dan kebudayaan.
4.      Mengetahui penerapan hubungan agama dan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.


1.3  Tujuan
Makalah ini mempunyai bebrapa tujuan:
1.      Untuk mengetahui pengertian agama.
2.      Untuk mengetahui pengertian kebudayaan.
3.      Untuk mengetahui hubungan agama dan kebudayaan.
4.      Untuk mengetahui penerapan hubungan agama dan kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari.
















BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama
Kata agama berasala dari bahasa sansekerta dari kata a berarti tidak dan gama berarti kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi fungsi agama dalam pengertian ini memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya.
Dalam bahasa inggris kata religion yang berasal dari kata religio (bahasa latin), yang berakal pada kata religare yang berarti mengikat. Dalam pengertian religio termuat peraturan tentang kebaktian bagaimana manusia mengutuhkan hubungannya denga  realitas tinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannnya secara horizontal (Sumardi, 1985:71).
Islam juga mengadopsi kata agama, sebagai terjemahan dari kata Al-Dinseperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an surat 3:19 (Zainul Arifin Abbas, 1984:4). Agama islam disebut Din dan Al-Din, sebagai lembaga Illahi untuk memimpin manusia agar mendapatkan keselamatan dunia akhirat.
Dari uraian di atas penegrtan agama adalah keprihatnan maha luhur dari manusia yang terungkap selaku jawabannya terhadap panggilan dari Yang Maha Kuasa dan Maha Kekal. Keprihatinan yang maha luhur itu diungkapkan dalam hidup manusia, pribadi atau kelompok terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap alam semesta raya serta isinya (Sumardi, 1985:75).

2.2 Pengertian Kebudayaan
Budaya menurut Koentjaraningrat (1987:180) adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Budaya dapat diperoleh dari belajar, dan gagasan dalam pikiran dan kemudian terwujud dalam seni.
Budaya menurut E. B Tylor adalah suatu keseluruan komplek yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, ada istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Budaya menurut R. Linton adalah konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsure pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainya.
Budaya menurut Selo Soemardjan dan soelaiman soemardi adalah semua hasil harya, rasa, dan cipta masyarakat. Budaya menurut Herkovints adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan manusia.
Menurut  Ki Hadjar Dewantoro Kebudayaan adalah "sesuatu" yang berkembang secara kontinyu, konvergen, dan konsentris. Jadi Kebudayaan bukanlah sesuatu yang statis, baku atau mutlak. Kebudayaan berkembang seiring dengan perkembangan evolusi batin maupun fisik manusia secara kolektif.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.

2.3 Hubungan Agama dan Budaya
Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang immaterial bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap  Tuhan. Interaksi social dan keagamaan berpola kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan Tuhan (Wach, 1998:187).
            Lebih tegas dengan yang dikatakan Geerts (199:130). Bahwa wahyu membentuk suatu struktur psikologis dalam benak manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran, bangunan.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup pelakunya yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
Faktor kondisi yang objektif menyebabkan terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang mengilhaminya adalah sama. Salah satunya adalah perbedaan agama Hinduisme yang berada di Bali dengan Hinduisme yang ada di India. Jadi budaya juga memengaruhi agama. Budaya agama tersebut akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam kondisi objektif dari kehidupan penganutnya (Andito,ed, 1998:282). Tapi hal pokok yang perlu disadari oleh masayarakat yang beragama adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur, masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan insane yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan berbagai objel realitas dan tata nilai baru berdasarkan inspirasi agama.

2.4 Penerapan Hubungan Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Sehari-hari
            Dalam kehidupan sehari-hari dapat diambil beberapa contoh hubungan agama dan kebudayaan. Pertama, ketika seseorang berpindah agama cara berfikir dan cara hidupnya dapat berubah secara signifikan. Dapat dilihat seseorang yang beragama Kristen pindah menjadi agama islam maka pandangan hidupnya akan berubah pula, missal: cara pandang mareka dalam berpakaian ketika mereka beragama Kristen cara berpakain mereka kurang menutup aurat tetapi ketika mereka telah beragam islam cara berpakaian mereka menutup aurat.
            Kedua, ketika ibadah hari raya idul fitri, hari raya ini dalam praktiknya tidak lagi menjadi perayaan “khas” penganut agama islam tetapi sudah lebih merupakan tradisi bagi segenap masyarakat Indonesia. Saling maaf memaafkan yang dulu tidak pernah terjadi di negeri-negeri timur tengah tetapi masyarakat Indonesia justru di jadikan momemtum untuk membangun kembali tali persaudaraan seta kesetiakawanan lintas etnoreligius. Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

Apakah gunanya menggunakan pendekatan kebudayaan terhadap agama.
a.       Kegunaannya sebagai alat metodologi untuk memahami corak keagamaan yang dipunyai oleh sebuah masyarakat dan para warganya.
b.      Sebagai hasil lanjutan dari kegunaan utama tersebut, adalah untuk dapat mengarahkan dan menambah keyakinan agama yang dipunyai oleh para warga masyarakat tersebut sesuai dengan ajaran yang benar menurut agama tersebut, tanpa harus menimbulkan pertentangan dengan para warga masyarakat tersebut.
c.       Seringkali sesuatu keyakinan agama yang sama dengan keyakinan yang kita punyai itu dapat berbeda dalam berbagai aspeknya yang lokal. Tetapi, dengan memahami kondisi lokal tersebut maka kita dapat menjadi lebih toleran terhadap aspek-aspek lokal tersebut, karena memahami bahwa bila aspek-aspek lokal dari keyakinan agama masyarakat tersebut dirubah maka akan terjadi perubahan-perubahan dalam  berbagai pranata yang ada dalam masyarakat tersebut yang akhirnya akan menghasilkan  perubahan kebudayaan yang hanya akan merugikan masyarakat tersebut karena tidak sesuai dengan kondisi-kondisi lokal lingkungan hidup masyarakat tersebut





BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan kebudayaan dan agama tidak saling merusak, kuduanya justru saling mendukung dan mempengruhi. Ada paradigma yang mengatakan bahwa ” Manusia yang  beragma pasti berbudaya tetapi manusia yang berbudaya belum tentu beragama”. Jadi agama dan kebudayaan sebenarnya tidak pernah bertentangan karena kebudayaan bukanlah sesuatu yang mati, tapi berkembang terus mengikuti perkembangan jaman. Demikian pula agama, selalu bisa berkembang di berbagai kebudayaan dan peradaban dunia
3.2 Saran
            Saran kami sebagai umat beragama yaitu dengan adanya budaya masyarakat akan dapat memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat, perubahan kebudayaan dapat terjadi karena beberapa faktor yakni letak geografis daerah tersebut, sejarah dari generasi sebelumnya dan juga pengaruh dari bangsa lain.










DAFTAR PUSTAKA
Http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/06/hubungan agama-dan-kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan segala bentuk komentar atau saran harus menggunakan bahasa yang SOPAN, tidak MENYINGGUNG perasaan siapa pun dan tidak bernilai SARA