Kamis, 03 November 2016

cerpen posmodern



Cerpen
MEMEDI THEK-THEKAN
Oleh Ela Mika Sari (1412011056)

Suara itu terdengar lagi saat sore menjelang malam hari. Suara itu terdengar aneh. Keriuhan angin yang mengibas-ngibaskan daun pepohonan seakan-akan menari-nari seperti penari jaipong yang sangat gemulai. Terutama sogerombolan pohon bambu di ujung jalan yang telah siap mengeluarkan suara aneh, entah apa itu. Mereka tahu betul kapan mengeluarkan suara yang dapat membuat bulu kuduk naik-turun dan jantung empot-empotan. Banyak warga yang enggan melewati jalan itu dikarenakan takut dan beberapa warga lagi memiliki alasan tersendiri.
Warga yang mendapat giliran untuk berjaga pada malam hari memiliki cerita mistis sendiri-sendiri sesuai versi mereka. Ada yang memang benar adanya namun ada pula yang menambahkan bumbu rempah-rempah agar lebih terasa kuat aura mistisnya. Soal percaya dan kepercayaan mereka juga bebas memilih.
Sepulang mengaji dari musholla, beberapa anak warga yang melewati segerombolan pohon bambu yang menari-nari mengikuti alunan angin kesana kemari seperti mendengar suara anak kecil yang sedang asyik bermain dan berbicara sendiri. Ada juga yang mendengar suara thek-thek-thek dari dalam gerombolan bambu itu.
Anak itu sangat suka mengganggu anak-anak warga yang sedang bermain atau pulang mengaji. Ketika anak-anak sedang bermain di siang hari anak misterius itu sering melempari mereka dengan biji buah-buahan atau batu-batu kecil hingga membuat anak-anak yang sedang bermain berlari ketakutan.
Seringkali juga warga dikejutkan dengan sosok anak kecil yang menyeramkan. Tubuhnya kurus, hitam, dekil dan berambut keribo. Anak ini senang sekali meringis, memperlihatkan giginya yang kuning dan tidak beraturan. Tetapi, ia hanya muncul dari kejauhan dan tidak pernah mau mendekat ke warga. Beberapa warga yang penasaran selalu mengejar anak ini, tetapi ia selalu menghilang dalam semak-semak menuju gerombolan pohon bambu.
Siapakah anak itu ??? Tidak ada yang tahu. Kemisteriusan anak kecil itu terus berlanjut hingga membuat keriuhan warga yang semakin menjadi-jadi. Banyak warga yang mencoba menyelidiki dan mencari tahu siapa sebenarnya anak itu. Namun, tak ada yang tahu, semakin diselidiki semakin anak itu menyembunyikan diri dan tak mau keluar dari dalam gerombolan pohon bambu. Semakin Ia tak mau keluar semakin mistis aura di sekitar gerombolan pohon bambu itu.
Keriuhan warga ditambah lagi dengan hilangnya ternak mereka. Beberapa hari yang lalu seorang warga sempat kehilangan beberapa ekor ayam. Seorang warga yang hendak pergi ke sawah pernah menemukan bulu-bulu ayam yang bertebaran di pinggir jalan. Ada juga yang menemukan bangkai ayam yang sudah terkoyak oleh ganasnya gigitan taring. Anehnya, ayam-ayam yang hilang itu ditemukan dalam keadaan yang sudah tidak bernyawa dan bangkainya dibuang begitu saja di pinggir jalan dekat pohon bambu.
Mentari yang biasanya disambut dengan kokokan ayam dan kicauan burung pemakan padi, kini berubah menjadi keributan yang tidak dapat di hentikan. Pak RT yang biasanya hanya mendapat laporan dari warganya dan memilih tidak mempercayainya kini seperti ditampar oleh ketidakpercayaannya sendiri. Bagaimana tidak ? Kambing kesayangannya, yang akan ia jual untuk modal sunatan anaknya bulan depan kini raib. Hilang bak ditelan bumi
Pak RT yang tak kehabisan akal, menyuruh beberapa warganya utuk mencari kambingnya yang hilang. Setelah ditelusuri di beberapa gang dan semak-semak, akhirnya kambing Pak RT ditemukan. Tidak jauh berbeda nasib Pak RT dengan warganya yang sempat kehilangan ternaknya. Pak RT juga menemukan kambingnya sudah menjadi bangkai bahkan sudah berbau karena hilangnya sudah dari beberapa hari yang lalu.
Amarah Pak RT dan warga yang ternaknya hilang sudah memuncak hingga tak terbendung lagi. Kesabaran Pak RT yang dulu menggunung kini meleleh. Pak RT dengan dibantu warganya yang pernah kehilangan ternaknya, mencoba menelusuri dan mencari tahu yang sebenarnya. Setelah beberapa hari mencari tahu, kambing Pak RT ditemukan sudah menjadi bangkai. Bangkai kambing Pak RT ditemukan tepat di depan gerombolan bambu di ujung jalan. Pikiran warga yang ikut mencari langsung tertuju pada anak kecil yang berada di dalam gerombolan bambu itu.
“Jangan-jangan ini semua ulah anak kecil itu ?” Kata seorang warga yang ikut mencari.
“Ya, bisa jadi.” Teriak warga yang lain dengan nada gusar.
“Tapi mengapa anak kecil itu mencuri ternak warga dan membunuhnya seperti ini ?” Tanya Pak RT menenangkan amarah warga, dirinya dan mencoba berpikir jernih.
“Terus ini ulah siapa lagi kalau bukan dia, bukti pun sudah ada kita tidak bisa tinggal diam.” Sahut warga yang lain.
Amarah warga sudah benar-benar tidak tertahankan. Akhirnya Pak RT membuat sebuah sayembara.
“Barang siapa yang bisa menangkap anak itu hidup-hidup dan membawanya kemari, maka akan aku beri sebuah kursi empuk.” Janji Pak RT kepada warganya.
Dengan penuh semangat warga sangat antusias mengikuti sayembara yang dibuat Pak RT. Mereka berharap mendapatkan kursi empuk yang telah dijanjikan Pak RT. Namun, anak misterius itu seperti memiliki kekuatan ajaib yang dapat menghilang dan tak terlihat. Entah ia bersembunyi di atas langit, di bawah tanah atau bahkan dia bersembunyi di dalam pohon bambu. Yang jelas, warga masih tak ada yang berani mendekat atau bahkan melintasi gerombolan bambu itu.
Sudah berminggu-minggu warga mencoba mencari kesana kemari di setiap pelosok, tetapi tak ditemukan sosok anak kecil itu. Pernah sekali sebuah keluarga mendengar suara thek-thek-thek yang mengitari rumahnya. Suara itu terdengar ketika sore menjelang malam hari. Tak berani mereka keluar untuk melihatnya. Suara itu mengitari rumahnya sekitar tiga kali. Merinding dan keringat dingin yang mereka rasakan.
“Pak tahu tidak semalam saya mendengar suara aneh.” Laporan seorang warga kepada Pak RT
“Hahh, suara apa yang kamu dengar ?” Tanya Pak RT dengan nada yang serius.
“Tidak terlalu jelas Pak, yang hanya saya dengar seperti suara bambu yang dipukul dengan tidak semangat.” Ujar warga
“Iya, suara seperti apa itu?”
“Suaranya terdengar seperti thek-thek-thek….”
“Waduhh jangan-jangan anak itu sudah mulai berani masuk ke lingkungan masyarakat dan akan mencuri ternak lagi.” Balas seorang warga yang ikut berkumpul.
“Atau jangan-jangan ia sudah tak doyan dengan ternak lagi, tetapi ia ingin yang lebih, seperti mencuri perabotan rumah yang terbilang mahal dan memiliki nilai jual.” Timpal warga.
“Apakah ternak Bapak ada yang hilang ???” tanya Pak RT
“Tidak ada Pak, saya sudah mengecek semuanya dan tidak ada yang hilang” Jawab Warga
“Siapa sebenarnya anak itu dan kemana perginya ?” Pertanyaan ini masih berputar-putar di kepala Pak RT dan warga sejak ternak-ternak mereka hilang. Sayembara yang diadakan Pak RT seperti tidak memiliki arti. Antara warga yang takut terhadap anak kecil itu atau mereka tidak bisa menemukannya.
Pasalnya akhir-akhir ini, warga tak pernah kehilangan ternak mereka lagi. Tetapi mereka salalu mendengar suara thek-thek-thek yang mengelilingi rumah mereka. Banyak warga yang ketakutan. Ternyata tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak kecil, mereka selalu menangis ketika mendengar suara itu.
Para orang tua yang yang memiliki keberanian tambahan, memilih keluar. Sambil komat-kamit tidak jelas mereka melemparkan garam yang berada di genggamannnya. Berharap suara itu tidak mengganggu mereka dan tidak datang lagi, karena semakin malam semakin mencekam suasananya. Kepercayaan ini mereka dapatkan dari nenek moyang mereka terdahulu untuk mengusir memedi atau segala macam bentuk roh halus yang suka mengganggu anak kecil.
Warga yang rumahnya dekat dengan gerombolan bambu itu merasa resah sekali. Karena ia lebih sering mendengar suara aneh itu. Anaknya yang masih terbilang kecil pun selalu menangis ketika mendengar suara itu. Tetapi orang tuanya memilih untuk tidak keluar karena takut. Tiba-tiba anaknya tergeletak dengan mata yang melotot hingga tak terlihat hitamnya. Sambil menggigit gerahammnya dan mengepalkan tangannya serta meronta-ronta ingin keluar rumah. Pak Karmin tak berani melakukan apa-apa dan hanya bisa menenangkan anaknya.
Esok menjelang pagi anaknya sudah tak dapat berbicara lagi, ia hanya bisa terdiam dan melihat orang dengan tatapan kosong seakan tak mengenali orang yang dilihatnya bahkan orang tuanya sendiri. Sontak Pak Karmin bingung dan kaget luar biasa. Ia tak tahu harus berbuat apa dan hanya dapat melapor kepada pak RT.
Ketika sang surya belum sempat menampakkan sinarnya, Pak Karmin sudah membelah kabut dan menerobos dinginnya pagi hingga membuat bibirnya kering dan matanya memerah. Ia menuju rumah Pak RT untuk melaporkan kejadian yang telah menimpa keluarganya. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke rumah Pak RT, yang rumahnya terbilang jauh. Dengan langkah cepat ia menuju rumah Pak RT.
“Tok tok tok, permisii, Pak RT tok tok tok.” Dengan suara sedikit terengah-engah.
“Siapa dan ada apa ?”
“Saya Karmin Pakk. Anak saya Pak, tolong anak saya.” Suara Pak Karmin menjadi sedih dan takut.
“Kenapa anak Bapak ?”
“Anak saya sakit Pak, tetapi sakitnya aneh. Ia tak mau bicara bahkan tak mngenali saya dan istri saya. Pak tolong kami, Pak.”
“Ya Pak, saya akan menolong sebisa saya. Boleh saya melihat keadaan anak Bapak ?
“Mari Pak…”
Dengan berjalan setengah lari mereka sampai di rumah Pak Karmin dan Pak RT melihat keadaan anaknya. Pak RT bingung  apa yang harus ia lakukan untuk menolong anak ini dan warga yang lain agar tidak terjadi hal-hal aneh lagi.
“Mungkin ini ulah memedi thek-thekan.” Seru seorang warga yang ikut menjenguk anak pak Karmin.
“Iya bisa jadi. Apa yang harus kita lakukan Pak RT ? Bagaimana kalau kita menghacurkan pohon bambu yang berada di ujung jalan itu, agar anak kecil itu tidak berani mengganggu warga lag.” Usul warga yang lain.
“Iya Pak RT, saya setuju dengan usulan itu.” Tambah beberapa warga menguatkan.
“Baiklah, nanti sore kita berkumpul di rumah saya untuk bermusyawah mengenai ini.” Jawab Pak RT
Setelah beberapa jam bermusyawarah, akhirnya mereka mendapat keputusan dan keputusan yang mereka dapat adalah merusak dan membakar pohon bambu yang berada di ujung jalan itu.
Dengan kekesalan dan amarah warga yang sejak lama mereka pendam. Mereka membabat habis bambu itu, dan terlihat jelas si jago merah berkibar-kibar dan melahap semuanya. Kini habis sudah pohon bambu itu dan tak ada yang tersisa sedikitpun. Para warga merasa puas, seperti dendam yang sudah terbalaskan dengan tuntas. Kini malam-malam yang mereka lalui terasa lebih tenang dan tak memiliki perasaan takut lagi. Sudah tak ada suara aneh yang terdengar lagi. Anak Pak Karmin pun perlahan membaik. Berminggu-minggu suasana desa terlihat lebih aman dan tenang dari sebelummnya, para warga juga terlihat tidak terlalu khawatir.
Mungkin kalimat “karma masih berlaku” itu benar-benar ada. Padahal belum lama para warga merasa aman dan nyaman kini sudah digegerkan lagi dengan hal mistis. Para warga bertemu dengan sosok anak kecil yang tinggal di gerombolan bambu itu. Kulit anak kecil itu meleleh dan mengelupas. Wajahnya tak terlihat jelas seperti wajah manusia pada umumnya. Saat bertemu warga, anak itu meminta tolong untuk mematikan apinya. Sambil mengangis, menjerit kepanasan ia meminta tolong. Anak itu mendatangi para warga satu persatu dalam mimpinya. Entah apa yang dimau dari anak kecil ini.
Para warga yang dihantui dalam mimpinya merasa resah dan ketakutan akibat perbuatan mereka sendiri. Bahkan Pak RT pun bermimpi hal yang sama dengan warga. Kini mereka memiliki siasat yaitu lebih memilih tidak tidur dan meronda bersama-sama. Pak RT menyetujuinya. Para warga yang meronda berkeliling desa bersama-sama agar ketakutan mereka sedikit berkurang. Setelah berkeliling beberapa jam para warga melihat ada darah yang berceceran. Mereka mengikuti kemana arah darah itu berujung. Darah itu terhenti di balik semak-semak di ujung jalan dekat gerombolan bambu yang dulu pernah rusak dan bakar. Bulu kuduk warga yang melihat sontak berdiri, karena di balik semak-semak itu mereka melihat ada sosok hitam dan besar.
Sosok itu sedang menikmati seekor ayam yang entah dari mana ia dapatkan. Ketika mendengar suara ribut-ribut warga yang berda tepat di baliknya, sosok itu tiba-tiba berbalik dan hampir menerkam warga yang paling dekat dengannya. Namun, gerakan warga yang lebih cepat mampu mengusir makhluk itu dengan cara menyodor-nyodorkan obor yang mereka bawa. Saat obor itu menerangi wajah makhluk itu ia merasa kesakitan dan kepanasan, lalu pergi masuk ke hutan.
Makhluk yang warga temui tadi adalah seekor srigala yang sangat besar. Ternyata selama ini hewan ternak mereka yang hilang bukanlah di curi oleh anak kecil itu melainkan ada srigala dari hutang yang masuk ke pemukiman warga. Lalu siapa dan kemana anak kecil itu?
Pada malam-malam berikutnya, warga masih meronda bersama-sama. Beristirahat dan minum kopi di pos ronda. Saat sedang asyik beristirahat di pos ronda mereka mendengar suara anek itu lagi. Thek-thek-thek. Semakin lama suara itu semakin mendekat dan terdengar jelas. Warga yang berada di pos ronda sangat ketakutan dan memilih bersembunyi di dalam pos serta tak mengeluarkan suara apapun.
Thek-thek-thek-thek-thek suara itu semakin jelas, semakin dekat suara itu terdengar pula hentakan kaki, entah siapa itu. Hentakan kaki itu perlahan namun pasti, pasti mendekat. Salah satu warga yang bersembunyi di dalam pos mengintip pada lubang kecil. Mengapa ia menggunakan pakaian berwarna hijau, sepatu dan bahkan topi. Warga yang tak tahan dengan semua ini dan penasaran memilih keluar dari pos dan dilihatnya seorang hansip baru dari desa sebelah yang memang sering berkeliling di desa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan segala bentuk komentar atau saran harus menggunakan bahasa yang SOPAN, tidak MENYINGGUNG perasaan siapa pun dan tidak bernilai SARA