Cerpen
MEMEDI THEK-THEKAN
Oleh Ela Mika Sari (1412011056)
Suara
itu terdengar lagi saat sore menjelang malam hari. Suara itu terdengar aneh.
Keriuhan angin yang mengibas-ngibaskan daun pepohonan seakan-akan menari-nari
seperti penari jaipong yang sangat gemulai. Terutama sogerombolan pohon bambu
di ujung jalan yang telah siap mengeluarkan suara aneh, entah apa itu. Mereka
tahu betul kapan mengeluarkan suara yang dapat membuat bulu kuduk naik-turun
dan jantung empot-empotan. Banyak warga yang enggan melewati jalan itu
dikarenakan takut dan beberapa warga lagi memiliki alasan tersendiri.
Warga
yang mendapat giliran untuk berjaga pada malam hari memiliki cerita mistis
sendiri-sendiri sesuai versi mereka. Ada yang memang benar adanya namun ada
pula yang menambahkan bumbu rempah-rempah agar lebih terasa kuat aura
mistisnya. Soal percaya dan kepercayaan mereka juga bebas memilih.
Sepulang
mengaji dari musholla, beberapa anak warga yang melewati segerombolan pohon
bambu yang menari-nari mengikuti alunan angin kesana kemari seperti mendengar
suara anak kecil yang sedang asyik bermain dan berbicara sendiri. Ada juga yang
mendengar suara thek-thek-thek dari dalam gerombolan bambu itu.
Anak
itu sangat suka mengganggu anak-anak warga yang sedang bermain atau pulang mengaji.
Ketika anak-anak sedang bermain di siang hari anak misterius itu sering
melempari mereka dengan biji buah-buahan atau batu-batu kecil hingga membuat
anak-anak yang sedang bermain berlari ketakutan.
Seringkali
juga warga dikejutkan dengan sosok anak kecil yang menyeramkan. Tubuhnya kurus,
hitam, dekil dan berambut keribo. Anak ini senang sekali meringis,
memperlihatkan giginya yang kuning dan tidak beraturan. Tetapi, ia hanya muncul
dari kejauhan dan tidak pernah mau mendekat ke warga. Beberapa warga yang
penasaran selalu mengejar anak ini, tetapi ia selalu menghilang dalam
semak-semak menuju gerombolan pohon bambu.
Siapakah
anak itu ??? Tidak ada yang tahu. Kemisteriusan anak kecil itu terus berlanjut
hingga membuat keriuhan warga yang semakin menjadi-jadi. Banyak warga yang
mencoba menyelidiki dan mencari tahu siapa sebenarnya anak itu. Namun, tak ada
yang tahu, semakin diselidiki semakin anak itu menyembunyikan diri dan tak mau
keluar dari dalam gerombolan pohon bambu. Semakin Ia tak mau keluar semakin
mistis aura di sekitar gerombolan pohon bambu itu.
Keriuhan
warga ditambah lagi dengan hilangnya ternak mereka. Beberapa hari yang lalu
seorang warga sempat kehilangan beberapa ekor ayam. Seorang warga yang hendak
pergi ke sawah pernah menemukan bulu-bulu ayam yang bertebaran di pinggir
jalan. Ada juga yang menemukan bangkai ayam yang sudah terkoyak oleh ganasnya
gigitan taring. Anehnya, ayam-ayam yang hilang itu ditemukan dalam keadaan yang
sudah tidak bernyawa dan bangkainya dibuang begitu saja di pinggir jalan dekat
pohon bambu.
Mentari
yang biasanya disambut dengan kokokan ayam dan kicauan burung pemakan padi,
kini berubah menjadi keributan yang tidak dapat di hentikan. Pak RT yang
biasanya hanya mendapat laporan dari warganya dan memilih tidak mempercayainya
kini seperti ditampar oleh ketidakpercayaannya sendiri. Bagaimana tidak ?
Kambing kesayangannya, yang akan ia jual untuk modal sunatan anaknya bulan
depan kini raib. Hilang bak ditelan bumi
Pak
RT yang tak kehabisan akal, menyuruh beberapa warganya utuk mencari kambingnya
yang hilang. Setelah ditelusuri di beberapa gang dan semak-semak, akhirnya
kambing Pak RT ditemukan. Tidak jauh berbeda nasib Pak RT dengan warganya yang
sempat kehilangan ternaknya. Pak RT juga menemukan kambingnya sudah menjadi
bangkai bahkan sudah berbau karena hilangnya sudah dari beberapa hari yang
lalu.
Amarah
Pak RT dan warga yang ternaknya hilang sudah memuncak hingga tak terbendung
lagi. Kesabaran Pak RT yang dulu menggunung kini meleleh. Pak RT dengan dibantu
warganya yang pernah kehilangan ternaknya, mencoba menelusuri dan mencari tahu
yang sebenarnya. Setelah beberapa hari mencari tahu, kambing Pak RT ditemukan
sudah menjadi bangkai. Bangkai kambing Pak RT ditemukan tepat di depan
gerombolan bambu di ujung jalan. Pikiran warga yang ikut mencari langsung
tertuju pada anak kecil yang berada di dalam gerombolan bambu itu.
“Jangan-jangan
ini semua ulah anak kecil itu ?” Kata seorang warga yang ikut mencari.
“Ya,
bisa jadi.” Teriak warga yang lain dengan nada gusar.
“Tapi
mengapa anak kecil itu mencuri ternak warga dan membunuhnya seperti ini ?”
Tanya Pak RT menenangkan amarah warga, dirinya dan mencoba berpikir jernih.
“Terus
ini ulah siapa lagi kalau bukan dia, bukti pun sudah ada kita tidak bisa
tinggal diam.” Sahut warga yang lain.
Amarah
warga sudah benar-benar tidak tertahankan. Akhirnya Pak RT membuat sebuah
sayembara.
“Barang
siapa yang bisa menangkap anak itu hidup-hidup dan membawanya kemari, maka akan
aku beri sebuah kursi empuk.” Janji Pak RT kepada warganya.
Dengan
penuh semangat warga sangat antusias mengikuti sayembara yang dibuat Pak RT.
Mereka berharap mendapatkan kursi empuk yang telah dijanjikan Pak RT. Namun,
anak misterius itu seperti memiliki kekuatan ajaib yang dapat menghilang dan
tak terlihat. Entah ia bersembunyi di atas langit, di bawah tanah atau bahkan
dia bersembunyi di dalam pohon bambu. Yang jelas, warga masih tak ada yang
berani mendekat atau bahkan melintasi gerombolan bambu itu.
Sudah
berminggu-minggu warga mencoba mencari kesana kemari di setiap pelosok, tetapi
tak ditemukan sosok anak kecil itu. Pernah sekali sebuah keluarga mendengar
suara thek-thek-thek yang mengitari rumahnya. Suara itu terdengar ketika sore
menjelang malam hari. Tak berani mereka keluar untuk melihatnya. Suara itu
mengitari rumahnya sekitar tiga kali. Merinding dan keringat dingin yang mereka
rasakan.
“Pak
tahu tidak semalam saya mendengar suara aneh.” Laporan seorang warga kepada Pak
RT
“Hahh,
suara apa yang kamu dengar ?” Tanya Pak RT dengan nada yang serius.
“Tidak
terlalu jelas Pak, yang hanya saya dengar seperti suara bambu yang dipukul
dengan tidak semangat.” Ujar warga
“Iya,
suara seperti apa itu?”
“Suaranya
terdengar seperti thek-thek-thek….”
“Waduhh
jangan-jangan anak itu sudah mulai berani masuk ke lingkungan masyarakat dan
akan mencuri ternak lagi.” Balas seorang warga yang ikut berkumpul.
“Atau
jangan-jangan ia sudah tak doyan dengan ternak lagi, tetapi ia ingin yang
lebih, seperti mencuri perabotan rumah yang terbilang mahal dan memiliki nilai
jual.” Timpal warga.
“Apakah
ternak Bapak ada yang hilang ???” tanya Pak RT
“Tidak
ada Pak, saya sudah mengecek semuanya dan tidak ada yang hilang” Jawab Warga
“Siapa
sebenarnya anak itu dan kemana perginya ?” Pertanyaan ini masih berputar-putar
di kepala Pak RT dan warga sejak ternak-ternak mereka hilang. Sayembara yang
diadakan Pak RT seperti tidak memiliki arti. Antara warga yang takut terhadap
anak kecil itu atau mereka tidak bisa menemukannya.
Pasalnya
akhir-akhir ini, warga tak pernah kehilangan ternak mereka lagi. Tetapi mereka
salalu mendengar suara thek-thek-thek yang mengelilingi rumah mereka. Banyak
warga yang ketakutan. Ternyata tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak
kecil, mereka selalu menangis ketika mendengar suara itu.
Para
orang tua yang yang memiliki keberanian tambahan, memilih keluar. Sambil
komat-kamit tidak jelas mereka melemparkan garam yang berada di genggamannnya.
Berharap suara itu tidak mengganggu mereka dan tidak datang lagi, karena
semakin malam semakin mencekam suasananya. Kepercayaan ini mereka dapatkan dari
nenek moyang mereka terdahulu untuk mengusir memedi atau segala macam bentuk
roh halus yang suka mengganggu anak kecil.
Warga
yang rumahnya dekat dengan gerombolan bambu itu merasa resah sekali. Karena ia
lebih sering mendengar suara aneh itu. Anaknya yang masih terbilang kecil pun
selalu menangis ketika mendengar suara itu. Tetapi orang tuanya memilih untuk
tidak keluar karena takut. Tiba-tiba anaknya tergeletak dengan mata yang
melotot hingga tak terlihat hitamnya. Sambil menggigit gerahammnya dan
mengepalkan tangannya serta meronta-ronta ingin keluar rumah. Pak Karmin tak
berani melakukan apa-apa dan hanya bisa menenangkan anaknya.
Esok
menjelang pagi anaknya sudah tak dapat berbicara lagi, ia hanya bisa terdiam
dan melihat orang dengan tatapan kosong seakan tak mengenali orang yang
dilihatnya bahkan orang tuanya sendiri. Sontak Pak Karmin bingung dan kaget
luar biasa. Ia tak tahu harus berbuat apa dan hanya dapat melapor kepada pak
RT.
Ketika
sang surya belum sempat menampakkan sinarnya, Pak Karmin sudah membelah kabut
dan menerobos dinginnya pagi hingga membuat bibirnya kering dan matanya
memerah. Ia menuju rumah Pak RT untuk melaporkan kejadian yang telah menimpa
keluarganya. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai ke rumah Pak RT,
yang rumahnya terbilang jauh. Dengan langkah cepat ia menuju rumah Pak RT.
“Tok
tok tok, permisii, Pak RT tok tok tok.” Dengan suara sedikit terengah-engah.
“Siapa
dan ada apa ?”
“Saya
Karmin Pakk. Anak saya Pak, tolong anak saya.” Suara Pak Karmin menjadi sedih
dan takut.
“Kenapa
anak Bapak ?”
“Anak
saya sakit Pak, tetapi sakitnya aneh. Ia tak mau bicara bahkan tak mngenali
saya dan istri saya. Pak tolong kami, Pak.”
“Ya
Pak, saya akan menolong sebisa saya. Boleh saya melihat keadaan anak Bapak ?
“Mari
Pak…”
Dengan
berjalan setengah lari mereka sampai di rumah Pak Karmin dan Pak RT melihat
keadaan anaknya. Pak RT bingung apa yang
harus ia lakukan untuk menolong anak ini dan warga yang lain agar tidak terjadi
hal-hal aneh lagi.
“Mungkin
ini ulah memedi thek-thekan.” Seru seorang warga yang ikut menjenguk anak pak
Karmin.
“Iya
bisa jadi. Apa yang harus kita lakukan Pak RT ? Bagaimana kalau kita
menghacurkan pohon bambu yang berada di ujung jalan itu, agar anak kecil itu
tidak berani mengganggu warga lag.” Usul warga yang lain.
“Iya
Pak RT, saya setuju dengan usulan itu.” Tambah beberapa warga menguatkan.
“Baiklah,
nanti sore kita berkumpul di rumah saya untuk bermusyawah mengenai ini.” Jawab
Pak RT
Setelah
beberapa jam bermusyawarah, akhirnya mereka mendapat keputusan dan keputusan
yang mereka dapat adalah merusak dan membakar pohon bambu yang berada di ujung
jalan itu.
Dengan
kekesalan dan amarah warga yang sejak lama mereka pendam. Mereka membabat habis
bambu itu, dan terlihat jelas si jago merah berkibar-kibar dan melahap
semuanya. Kini habis sudah pohon bambu itu dan tak ada yang tersisa sedikitpun.
Para warga merasa puas, seperti dendam yang sudah terbalaskan dengan tuntas.
Kini malam-malam yang mereka lalui terasa lebih tenang dan tak memiliki
perasaan takut lagi. Sudah tak ada suara aneh yang terdengar lagi. Anak Pak
Karmin pun perlahan membaik. Berminggu-minggu suasana desa terlihat lebih aman
dan tenang dari sebelummnya, para warga juga terlihat tidak terlalu khawatir.
Mungkin
kalimat “karma masih berlaku” itu benar-benar ada. Padahal belum lama para
warga merasa aman dan nyaman kini sudah digegerkan lagi dengan hal mistis. Para
warga bertemu dengan sosok anak kecil yang tinggal di gerombolan bambu itu.
Kulit anak kecil itu meleleh dan mengelupas. Wajahnya tak terlihat jelas
seperti wajah manusia pada umumnya. Saat bertemu warga, anak itu meminta tolong
untuk mematikan apinya. Sambil mengangis, menjerit kepanasan ia meminta tolong.
Anak itu mendatangi para warga satu persatu dalam mimpinya. Entah apa yang
dimau dari anak kecil ini.
Para
warga yang dihantui dalam mimpinya merasa resah dan ketakutan akibat perbuatan
mereka sendiri. Bahkan Pak RT pun bermimpi hal yang sama dengan warga. Kini
mereka memiliki siasat yaitu lebih memilih tidak tidur dan meronda
bersama-sama. Pak RT menyetujuinya. Para warga yang meronda berkeliling desa
bersama-sama agar ketakutan mereka sedikit berkurang. Setelah berkeliling
beberapa jam para warga melihat ada darah yang berceceran. Mereka mengikuti
kemana arah darah itu berujung. Darah itu terhenti di balik semak-semak di
ujung jalan dekat gerombolan bambu yang dulu pernah rusak dan bakar. Bulu kuduk
warga yang melihat sontak berdiri, karena di balik semak-semak itu mereka
melihat ada sosok hitam dan besar.
Sosok
itu sedang menikmati seekor ayam yang entah dari mana ia dapatkan. Ketika
mendengar suara ribut-ribut warga yang berda tepat di baliknya, sosok itu
tiba-tiba berbalik dan hampir menerkam warga yang paling dekat dengannya.
Namun, gerakan warga yang lebih cepat mampu mengusir makhluk itu dengan cara
menyodor-nyodorkan obor yang mereka bawa. Saat obor itu menerangi wajah makhluk
itu ia merasa kesakitan dan kepanasan, lalu pergi masuk ke hutan.
Makhluk
yang warga temui tadi adalah seekor srigala yang sangat besar. Ternyata selama
ini hewan ternak mereka yang hilang bukanlah di curi oleh anak kecil itu
melainkan ada srigala dari hutang yang masuk ke pemukiman warga. Lalu siapa dan
kemana anak kecil itu?
Pada
malam-malam berikutnya, warga masih meronda bersama-sama. Beristirahat dan
minum kopi di pos ronda. Saat sedang asyik beristirahat di pos ronda mereka
mendengar suara anek itu lagi. Thek-thek-thek. Semakin lama suara itu semakin
mendekat dan terdengar jelas. Warga yang berada di pos ronda sangat ketakutan
dan memilih bersembunyi di dalam pos serta tak mengeluarkan suara apapun.
Thek-thek-thek-thek-thek
suara itu semakin jelas, semakin dekat suara itu terdengar pula hentakan kaki,
entah siapa itu. Hentakan kaki itu perlahan namun pasti, pasti mendekat. Salah
satu warga yang bersembunyi di dalam pos mengintip pada lubang kecil. Mengapa
ia menggunakan pakaian berwarna hijau, sepatu dan bahkan topi. Warga yang tak
tahan dengan semua ini dan penasaran memilih keluar dari pos dan dilihatnya
seorang hansip baru dari desa sebelah yang memang sering berkeliling di desa
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Diharapkan segala bentuk komentar atau saran harus menggunakan bahasa yang SOPAN, tidak MENYINGGUNG perasaan siapa pun dan tidak bernilai SARA